Kegelisahan Mahasiswa pada Awal 1966
Pada awal tahun 1966, kegelisahan mahasiswa di Indonesia semakin meningkat. Hal ini terlihat dari kutipan dalam buku "Catatan Seorang Demonstran" yang menggambarkan suasana resah di Fakultas Sastra pada tanggal 7 Januari 1966. Ketika penulis tiba di ruang Senat, ia melihat beberapa kelompok mahasiswa sedang berbicara dengan serius tentang kenaikan harga bus yang signifikan, dari Rp200 menjadi Rp1.000. Kenaikan harga bus ini menjadi perhatian serius bagi mahasiswa, karena hal ini akan berdampak pada biaya transportasi mereka sehari-hari. Mahasiswa yang mayoritas berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, merasa terbebani dengan kenaikan harga yang begitu drastis. Mereka merasa bahwa kenaikan ini tidak adil dan akan mempengaruhi aksesibilitas mereka untuk berkuliah dan berpartisipasi dalam kegiatan akademik. Kegelisahan mahasiswa ini sebenarnya bukanlah hal yang baru. Beberapa hari sebelumnya, seorang mahasiswa bernama Ismid telah mengunjungi penulis dan menceritakan tentang kegelisahan yang mereka rasakan. Ismid menjelaskan bahwa mahasiswa merasa tidak dihargai dan diabaikan oleh pemerintah dalam kebijakan harga yang tidak adil. Mereka merasa bahwa suara mereka tidak didengar dan kepentingan mereka diabaikan. Kegelisahan mahasiswa pada awal 1966 ini mencerminkan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil. Mereka merasa bahwa harga-harga yang terus meningkat hanya akan semakin memperburuk kondisi ekonomi mereka. Kenaikan harga bus menjadi pemicu bagi mahasiswa untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka dan memperjuangkan hak-hak mereka. Dalam konteks ini, kegelisahan mahasiswa pada awal 1966 dapat dipahami sebagai bentuk protes dan perlawanan terhadap ketidakadilan ekonomi yang mereka rasakan. Mahasiswa sebagai agen perubahan sosial, merasa memiliki tanggung jawab untuk menyuarakan kepentingan mereka dan memperjuangkan perubahan yang lebih baik. Kegelisahan ini menjadi awal dari gerakan mahasiswa yang semakin aktif dalam menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak mereka. Dalam kesimpulan, kegelisahan mahasiswa pada awal 1966 merupakan respons terhadap kenaikan harga bus yang dianggap tidak adil. Mahasiswa merasa terbebani dengan kenaikan harga yang signifikan ini dan merasa bahwa suara mereka tidak didengar oleh pemerintah. Kegelisahan ini menjadi pemicu bagi mahasiswa untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka dan memperjuangkan hak-hak mereka.