Kehidupan dan Ajaran Nabi Ishaq
Nabi Ishaq, anak dari Nabi Ibrahim dan Sarah, lahir dengan keajaiban setelah Nabi Ibrahim berusia lebih dari 100 tahun. Kelahirannya yang istimewa tidak hanya membuatnya menjadi anak yang sangat istimewa di mata Allah, tetapi juga membawanya pada perjalanan hidup yang penuh ujian. Salah satu pengalaman paling berat yang dialami Nabi Ishaq adalah ketika ayahnya, Nabi Ibrahim, diminta oleh Allah untuk mengorbankan dirinya sebagai bukti kesetiaan dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit, Nabi Ishaq tidak pernah meragukan kehendak Allah dan selalu siap menerima takdir yang telah ditetapkan untuknya. Akhirnya, Allah menggantikan Nabi Ishaq dengan seekor domba yang lebih pantas dikorbankan sebagai pengganti. Sebagai seorang nabi, Nabi Ishaq memiliki tugas mulia yaitu menjadi penerus ajaran kesucian yang dianut oleh ayahnya. Ia mengajarkan keyakinan akan keesaan Allah, menjauhi maksiat, dan melakukan amal yang baik. Nabi Ishaq juga menjadi teladan bagi umat manusia dalam hal kepedulian sosial dan keikhlasan dalam beramal. Ia selalu berusaha membantu sesama dan tidak pernah menonjolkan dirinya sebagai seorang nabi yang lebih mulia dari orang lain. Dengan kehidupan dan ajarannya yang penuh ketekunan dan kepedulian, Nabi Ishaq memberikan inspirasi bagi umat manusia untuk hidup dengan penuh keimanan dan kebaikan.