Ruwatan Politisi Yusril Ihza Mahendra: Makna Spiritual dan Kultural dalam Politik
<br/ >Politisi Yusril Ihza Mahendra baru-baru ini menggelar acara ruwatan di rumah dinas Wali Kota Surakarta Loji Gandrung Solo, Jawa Tengah. Dalam acara tersebut, Yusril menyampaikan makna mendalam dari ruwatan tersebut, khususnya bagi bangsa dan negara yang diproklamirkan oleh founding father. Ia menekankan bahwa pertunjukan wayang yang diselenggarakan juga memiliki banyak pelajaran yang dapat direnungkan secara lahiriah maupun batiniah. <br/ > <br/ >Menurut Yusril, ruwatan secara simbolik dan spiritual merupakan upaya untuk menolak segala bala dan marabahaya, serta berharap agar ke depan kita memperoleh kemaslahatan bersama. Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar kolosal ditonton banyak orang, melainkan memiliki makna yang mendalam secara pikiran dan spiritual, serta penghayatan budaya bagi semua pihak. <br/ > <br/ >Yusril juga menyoroti bahwa persoalan politik dan ketegangan komunitas sebenarnya dapat dijembatani dengan kebudayaan. Ia mengajak masyarakat untuk mengisi kemerdekaan dengan memajukan negara, merajut kebersamaan, dan menatap masa depan yang lebih baik. <br/ > <br/ >Pada pergelaran wayang yang turut dihadiri oleh wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, dalang Ki Warseno Slenk membawakan lakon Semar Kembar Sembodro Larung. Acara ini menjadi momentum penting yang menggambarkan bagaimana nilai-nilai spiritual dan kultural dapat menjadi landasan untuk memajukan politik dan masyarakat Indonesia. <br/ > <br/ >Dengan demikian, acara ruwatan yang digelar oleh Yusril Ihza Mahendra tidak hanya mencerminkan kepedulian terhadap tradisi dan kearifan lokal, tetapi juga memberikan pesan kuat tentang pentingnya menjaga harmoni antara nilai-nilai spiritual, budaya, dan politik dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara.