Hukum dan Moral: Perspektif Positivisme Hukum dalam Kasus Nenek Minah
Dalam perspektif positivisme hukum, hukum harus secara tegas memisahkan antara hukum dan moral. Sehingga hakim harus meletakkan undang-undang atau peraturan sebagai dasar utama penafsiran dalam putusan. Dalam kasus nenek Minah, hakim secara positif memberikan putusan bersalah kepada nenek Minah karena terbukti secara bersalah melakukan tindak pidana pencurian. Dimana secara logis yuridis adanya kausalitas antara suatu perbuatan hukum dengan akibat hukum (kerugian yang diderita perusahaan). Kasus nenek Minah menurut aliran positivis adalah sebuah perbuatan yang harus dihukum, tanpa menghiraukan besar kecil yang dicurinya. Penegakan hukum terhadap nenek Minah harus dilepaskan dari unsur-unsur sosial serta moralitas, karena menurut kaca mata aliran ini tujuan hukum adalah kepastian, tanpa adanya kepastian hukum tujuan hukum tidak akan tercapai walaupun harus mengenampun rasa keadilan. Menurut Austin, hukum terlepas dari soal keadilan dan terlepas dari soal baik dan buruk. Karena itu ilmu hukum tugasnya hanyalah menganalisis unsur-unsur yang secara nyata ada dalam sistem hukum modern. Ilmu hukum hanya berurusan dengan hukum positif, yaitu hukum yang diterima tanpa memperhatikan kebaikan atau keburukannya. Hukum adalah perintah dari kekuasaan politik yang berdaulat dalam suatu negara. Dalam konteks ini, hukum harus dilihat sebagai sebuah sistem yang berdiri sendiri dan independen dari nilai-nilai moral. Hukum harus diterapkan secara adil dan konsisten, tanpa memandang apakah tindakan tersebut dianggap baik atau buruk oleh masyarakat. Tujuan utama hukum adalah untuk menciptakan kepastian hukum dan mengatur perilaku individu dalam masyarakat. Namun, penting untuk diingat bahwa hukum tidak boleh diaplikasikan secara kaku dan tidak mempertimbangkan aspek-aspek sosial dan moral dalam masyarakat. Hukum harus fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perubahan sosial dan nilai-nilai yang berkembang. Hukum juga harus mempertimbangkan hak-hak dan kebebasan individu, serta memastikan bahwa tindakan hukum tidak melanggar hak-hak tersebut. Dalam kasus nenek Minah, meskipun tindak pidana pencurian yang dilakukan olehnya dianggap melanggar hukum, namun tidak ada bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa tindak pidana tersebut disebabkan oleh faktor sosial atau moral. Oleh karena itu, hakim memutuskan untuk memberikan putusan bersalah kepada nenek Minah berdasarkan bukti yang ada. Sebagai kesimpulan, dalam perspektif positivisme hukum, hukum harus dipandang sebagai sebuah sistem yang independen dari nilai-nilai moral dan harus diterapkan secara adil dan konsisten. Hukum harus mempertimbangkan hak-hak dan kebebasan individu, serta dapat beradaptasi dengan perubahan sosial dan nilai-nilai yang berkembang. Dalam kasus nenek Minah, hakim memutuskan untuk memberikan putusan bersalah kepada nenek Minah berdasarkan bukti yang ada, tanpa mempertimbangkan aspek-aspek sosial atau moral.