**\x0a - "Krisis Pemerintahan Syahrir: Konflik Politik dan Perjuangan untuk Kemerdekaan Indonesia"\x0a\x0a2. **Isi Makalah:**\x0a\x0a *
* <br/ > <br/ > Dalam periode akhir 1945, perpecahan politik di Indonesia mencapai puncaknya dengan peristiwa yang melibatkan Sutan Syahrir dan Amir Syarifuddin. Persatuan Perjuangan, sebuah aliansi yang didukung oleh tentara, terbentuk untuk mengancam pemerintahan Syahrir. Wakil Presiden Moh Hatta mengungkapkan ketidakpuasan terhadap keterbatasan pemerintah dalam perundingan dengan oposisi, menyebabkan ketegangan politik meningkat. <br/ > <br/ > Ketika Syahrir dan beberapa orang lainnya berusaha meninggalkan Jakarta, mereka ditangkap oleh kelompok oposisi. Namun, dalam kejutan yang luar biasa, Presiden Soekarno mengumumkan pengeluaran mereka dari penjara. Siaran radio ini menegaskan bahwa penangkapan Syahrir dapat membahayakan persatuan bangsa. <br/ > <br/ > Meskipun dukungan terhadap Syahrir terbatas, ia tetap dipertahankan untuk kepentingan diplomasi. Pada Oktober 1946, pertemuan antara Indonesia dan Belanda diadakan di Jakarta dan kemudian dilanjutkan di Linggajati, Jawa Barat. Hasilnya adalah Perundingan Linggajati pada 10 November 1946. <br/ > <br/ > Reaksi terhadap kesepakatan ini bervariasi. Golongan pro-pemerintah, termasuk partai sosialis dalam Sayap Kiri, mendukung kesepakatan tersebut. Sebaliknya, golongan nasionalis, agama, dan sekuler dalam Benteng Republik Indonesia menentangnya. <br/ > <br/ > Untuk memperoleh dukungan dari Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), jumlah anggota KNIP ditingkatkan dengan menambah tokoh-tokoh pro-pemerintah. Akhirnya, pada 25 Maret 1947, kesepakatan tersebut ditandatangani. <br/ > <br/ > *Harap Diperhatikan:* Konten ini berput