Evolusi Sistem Hukum Indonesia: Sebuah Refleksi dari Perkembangan Teknologi Komunikasi **
** Kisah Hayati, seorang perempuan yang hidup di era 1960-an hingga 2020-an, menjadi cerminan evolusi sistem hukum Indonesia yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi komunikasi. Perjalanan Hayati menelusuri perubahan sistem hukum dari era surat, telepon umum, telepon genggam, internet dan media sosial, hingga era smartphone dan digital. Pada era surat (1965), UU No. 6 tahun 1964 tentang Pos mengatur sistem komunikasi berbasis surat, dengan fokus pada aturan formal pengiriman surat. Namun, seiring dengan munculnya telepon umum di era 1980-an, UU No. 3 tahun 1989 tentang Telekomunikasi mengatur layanan telepon umum, menetapkan tarif dan durasi penggunaan. Era telepon genggam (1990-an) membawa perubahan signifikan dengan UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi yang mengatur penggunaan telepon seluler, termasuk regulasi sistem pulsa dan SMS. Masuknya era internet dan media sosial (2000-an) melahirkan UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE yang mengatur transaksi elektronik dan regulasi media sosial. Terakhir, era smartphone dan digital (2020-an) diiringi oleh UU No. 1 Tahun 2024 tentang ITE yang mengatur ekonomi digital dan regulasi transaksi lintas negara. Perubahan sistem hukum ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang saling terkait. Faktor teknologi, seperti perkembangan teknologi komunikasi, digitalisasi layanan, konvergensi media, dan inovasi dalam metode transaksi, menjadi pendorong utama. Faktor sosial, seperti perubahan perilaku masyarakat, adaptasi terhadap teknologi baru, kebutuhan komunikasi yang berubah, dan pola interaksi sosial, juga berperan penting. Faktor ekonomi, seperti perkembangan ekonomi digital, perubahan model bisnis, transaksi lintas batas, dan efisiensi biaya komunikasi, turut mendorong evolusi sistem hukum. Faktor global, seperti pengaruh globalisasi, standar internasional, integrasi ekonomi global, dan kebutuhan harmonisasi hukum, juga memberikan pengaruh yang signifikan. Terakhir, faktor keamanan, seperti keamanan data, privasi pengguna, cybercrime, dan perlindungan konsumen, menjadi perhatian utama dalam membentuk sistem hukum yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan teknologi. Kisah Hayati menunjukkan bagaimana sistem hukum Indonesia terus beradaptasi dengan perubahan zaman, khususnya dalam merespon perkembangan teknologi komunikasi. Evolusi ini menuntut kita untuk terus beradaptasi dan memahami dinamika hukum yang terus berkembang, demi menciptakan sistem hukum yang adil, efektif, dan berkelanjutan.