Mengapa Penduduk Desa Mengusir Baru Klinthing?
Penduduk desa mengusir Baru Klinthing karena bau yang tidak sedap yang melekat pada dirinya. Meskipun Baru Klinthing adalah seorang anak yang berubah menjadi naga dan kemudian menjadi manusia, kondisi fisiknya yang buruk membuat penduduk desa tidak nyaman dan menganggapnya sebagai ancaman. Ketika Baru Klinthing datang ke desa yang sedang mengadakan pesta, dia merasa lelah dan lapar. Dia meminta makanan di setiap rumah, tetapi tidak ada yang peduli padanya karena bau yang menyengat. Mereka membully dan mengusirnya dari desa. Tidak ada yang mau membantu atau memberikan makanan kepadanya. Namun, di tengah perjalanan meninggalkan desa, Baru Klinthing bertemu dengan seorang wanita tua yang baik hati. Wanita itu mengundangnya ke rumahnya dan menyiapkan makanan untuknya. Baru Klinthing sangat berterima kasih dan berjanji akan membantu wanita itu jika ada bahaya yang mengancam desa. Setelah makan, Baru Klinthing kembali ke pesta dengan membawa sebatang tongkat. Dia menancapkan tongkat itu ke tanah dan menantang penduduk desa untuk mencabutnya. Satu per satu, penduduk desa mencoba mencabut tongkat tersebut, tetapi tidak ada yang berhasil. Kemudian, dengan kekuatannya sendiri, Baru Klinthing berhasil mencabut tongkat itu. Seketika itu juga, angin kencang meneror penduduk desa. Tiba-tiba, dari lubang yang ditinggalkan oleh tongkat itu, air memancar keluar. Air tidak berhenti mengalir hingga membanjiri desa. Tidak ada yang selamat dari banjir tersebut, kecuali Baru Klinthing dan wanita tua yang menyiapkan lesung dan menggunakannya sebagai perahu. Kisah ini menjadi legenda dan desa tersebut berubah menjadi danau yang besar yang sekarang dikenal sebagai Rawa Pening di Salatiga, Jawa Tengah. Penduduk desa mengusir Baru Klinthing karena mereka tidak bisa mentolerir bau yang tidak sedap yang melekat pada dirinya. Meskipun Baru Klinthing adalah seorang anak yang berubah menjadi naga dan kemudian menjadi manusia, kondisi fisiknya yang buruk membuat penduduk desa merasa terganggu dan menganggapnya sebagai ancaman.