Perjuangan Raden Aria Wangsakara dalam Melawan VOC
Raden Aria Wangsakara adalah seorang ulama, pelopor, dan pendiri Tkemarahan. Ia lahir di Sumedang pada tahun 1615 dan bukan hanya tokoh keagamaan dalam Kesultanan Banten pada masanya, tetapi juga tokoh politik dan pemimpin militer yang terus berjuang untuk mengusir penjajah VOC. Salah satu perjuangan terbesar Raden Aria Wangsakara adalah melawan VOC. Penyebaran agama Islam yang ia lakukan membuat Belanda khawatir, terutama karena pusat penyebaran agama tersebut berada di dekat wilayah kekuasaan mereka, yaitu Batavia. Oleh karena itu, Belanda melakukan serangan terhadap Perguruan Grendang yang berlokasi di tepi barat Sungai Cisadane, yang sekarang menjadi Kecamatan Karawaci di Tkemarahan. Serangan tersebut terjadi sekitar tahun 1640 dan menyebabkan terbentuknya tempat perumahan baru di Lengkong, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tkemarahan. Di tempat ini, santri-santri dari Pesantren Grendeng yang terusir oleh Belanda membangun pesantren baru di bawah kepemimpinan Raden Aria Wangsakara. Hal ini mungkin menjadi alasan migrasi Raden Aria Wangsakara dari Tkemarahan ke wilayah ini. Perjuangan Raden Aria Wangsakara dalam melawan VOC tidak hanya berhenti di situ. Pada tahun 1636, ia mendapatkan kesempatan untuk naik haji dan di Mekah, ia berhasil memperoleh surat pengakuan Banten oleh Syarif Mekah sebagai kepanjangan tangan dari otoritas politik Turki Utsmani. Setelah kembali ke Banten, Raden Aria Wangsakara diberi gelar Kiai Mas Haji Wasangraya. Dengan peran pentingnya dalam melawan VOC dan penyebaran agama Islam, Raden Aria Wangsakara menjadi sosok yang dihormati dan dijadikan teladan oleh masyarakat Tkemarahan. Pesantren yang ia dirikan, yang sekarang menjadi Masjid Agung Tkemarahan, menjadi pusat pendidikan dan kegiatan keagamaan yang terus berlanjut hingga saat ini. Dalam menghadapi tantangan VOC, Raden Aria Wangsakara menunjukkan keteguhan dan semangat juang yang luar biasa. Ia tidak hanya berperan sebagai ulama, tetapi juga sebagai pemimpin politik dan militer yang berjuang untuk kebebasan dan keadilan. Perjuangannya menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus mempertahankan nilai-nilai agama dan keadilan dalam menghadapi penjajah.