Pengeroyokan Ade Armando: Refleksi Konflik Struktural dalam Dunia Maya **
Kasus pengeroyokan Ade Armando yang terjadi di tengah demonstrasi mahasiswa beberapa waktu lalu menjadi sorotan publik. Peristiwa ini tidak hanya memicu kehebohan di dunia nyata, tetapi juga memicu perdebatan sengit di dunia maya. Dari perspektif struktural konflik, peristiwa ini dapat dipahami sebagai manifestasi dari ketegangan struktural yang sudah lama terpendam di masyarakat. Teori struktural konflik, yang dipelopori oleh Karl Marx, berpendapat bahwa konflik merupakan bagian integral dari masyarakat. Konflik ini muncul akibat perbedaan kepentingan dan sumber daya yang tidak merata di antara kelompok-kelompok sosial. Dalam kasus Ade Armando, konflik tersebut dapat dikaitkan dengan perbedaan ideologi dan pandangan politik yang tajam antara kelompok mahasiswa yang berdemonstrasi dan Ade Armando yang dikenal sebagai tokoh publik dengan pandangan yang berbeda. Perbedaan ideologi ini diperparah oleh penggunaan media sosial sebagai platform untuk menyebarkan informasi dan opini. Media sosial, dengan algoritma dan fitur yang dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan pengguna, seringkali menciptakan ruang yang terpolarisasi dan memicu perdebatan yang emosional. Dalam konteks ini, Ade Armando, sebagai tokoh publik yang aktif di media sosial, menjadi sasaran kemarahan dan frustrasi dari kelompok mahasiswa yang merasa pandangannya tidak terwakili. Pengeroyokan Ade Armando menjadi bukti nyata bagaimana konflik struktural yang terpendam di masyarakat dapat meledak di dunia maya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa media sosial, meskipun menawarkan platform untuk berdiskusi dan bertukar pikiran, juga dapat menjadi alat untuk menyebarkan kebencian dan kekerasan. Alasan Pemilihan Teori: Teori struktural konflik dianggap paling sesuai untuk menganalisis kasus ini karena: * Menekankan Perbedaan Struktural: Teori ini membantu memahami akar konflik yang mendasari peristiwa tersebut, yaitu perbedaan ideologi dan pandangan politik yang terstruktur dalam masyarakat. * Memperhatikan Peran Media Sosial: Teori ini dapat menjelaskan bagaimana media sosial, sebagai platform yang memperkuat polarisasi dan memicu emosi, berperan dalam memicu dan memperparah konflik. * Menawarkan Perspektif Kritis: Teori ini mendorong kita untuk melihat peristiwa ini bukan hanya sebagai tindakan individu, tetapi sebagai manifestasi dari ketegangan struktural yang lebih luas dalam masyarakat. Kesimpulan:** Kasus pengeroyokan Ade Armando merupakan pengingat penting tentang pentingnya membangun dialog dan toleransi dalam masyarakat. Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa media sosial, meskipun menawarkan peluang untuk berdiskusi dan bertukar pikiran, juga memiliki potensi untuk memicu konflik dan kekerasan. Dengan memahami konflik struktural yang mendasari peristiwa ini, kita dapat berupaya untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.