Siswa Pindahan** **
** Mentari pagi menyinari kamar Arkan. Ia meregangkan tubuh, lalu bangun dari tempat tidur. Sarapan bersama keluarga—ayah, ibu, dan kakaknya, Bara—adalah rutinitas pagi yang selalu ia nikmati. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Percakapan ringan mengalir di antara mereka, membahas rencana hari itu dan hal-hal sepele lainnya. Arkan, ketua OSIS yang dikenal dingin dan pendiam, sesekali menyisipkan komentar singkat namun penuh pertimbangan. Hari ini terasa berbeda. Seorang siswa pindahan akan bergabung di kelasnya. Arkan, yang terbiasa dengan rutinitas dan keteraturan, sedikit merasa tidak nyaman dengan perubahan ini. Setelah sarapan, ia bergegas ke sekolah. Di kelas, suasana ramai. Seorang pemuda tinggi dengan rambut sedikit berantakan dan senyum ramah berdiri di depan kelas. Guru memperkenalkan siswa pindahan itu, "Anak-anak, ini Devan. Semoga kalian bisa berteman baik dengannya." Devan menyapa teman-teman sekelasnya dengan ramah. Ia terlihat mudah bergaul dan ceria. Arkan mengamati Devan dari tempat duduknya. Ia penasaran dengan siswa baru ini. Setelah pelajaran pertama, Devan mendekati Arkan. "Hai, Arkan, ya?" sapa Devan. "Namaku Devan. Aku baru pindah ke sini." Arkan mengangguk singkat. "Ya," jawabnya. "Van, lo mau ke kantin nggak?" tanya Devan. Arkan sedikit terkejut dengan keakraban Devan. Ia biasanya tidak mudah bergaul dengan orang baru. Namun, ada sesuatu yang menarik dari keramahan Devan. "Ya," jawab Arkan, sedikit ragu. Perjalanan ke kantin menjadi awal dari sebuah persahabatan yang tak terduga. Arkan, yang dikenal dingin dan pendiam, mulai membuka diri sedikit demi sedikit kepada Devan. Ia menyadari bahwa persahabatan bisa datang dari mana saja, bahkan dari seseorang yang sangat berbeda dengannya. Senyum tipis terukir di bibir Arkan, sebuah tanda perubahan kecil namun berarti dalam hidupnya. Ia merasakan sebuah kehangatan baru, sebuah harapan untuk masa depan yang lebih berwarna.