Dampak Industrialisasi pada Pertumbuhan Penduduk di Negara-negara Bekas Jajahan"\x0a\x0a2.
<br/ > <br/ >Industrialisasi telah menjadi model pembangunan ekonomi yang dominan di banyak negara, termasuk negara-negara bekas jajahan. Namun, perbedaan utama antara negara-negara baru merdeka dan negara maju pada waktu mereka mulai menjalankan industrialisasi adalah mengenai penduduk. Sistem pelayanan kesehatan dasar yang dikembangkan oleh negara-negara Eropa dapat menurunkan tingkat kematian secara signifikan di daerah jajahan, tetapi tingkat kelahiran tetap tinggi. <br/ > <br/ >Hal ini menyebabkan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun mencapai 2,0-3,5% di negara-negara bekas jajahan, dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk di Eropa sebesar 0,5% pada masa kejayaan industri. Pada tahun 1950-an, tidak ada negara yang mengalami migrasi penduduk seperti orang Irlandia atau Jerman pada abad sebelumnya. Tidak ada juga negara yang menerima imigran dalam jumlah besar sejak Amerika Serikat menjalankan pembatasan imigrasi setelah Perang Dunia I. <br/ > <br/ >Ironisnya, perbedaan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi ini tidak mendorong kebijakan yang berbeda dengan kebijakan-kebijakan yang pernah dianut oleh negara-negara Barat dan Uni Soviet. Sebaliknya, hal ini malah mengokohkan pendirian para ahli ekonomi dan pejabat-pejabat negara di seluruh dunia bahwa di negara-negara bekas jajahan dibutuhkan industrialisasi yang lebih besar dan lebih pesat. Namun, tingkat kelahiran di negara-negara Barat menurun setelah mencapai industrialisasi dan urbanisasi. <br/ > <br/ >Dalam konteks ini, industrialisasi menjadi faktor utama dalam pertumbuhan penduduk di negara-negara bekas jajahan. Meskipun ada perbedaan signifikan antara kondisi