Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran
Dalam khotbah ini, kita akan membahas Roma 4:18-25 yang mengungkapkan bagaimana Allah memperhitungkan iman sebagai kebenaran. Ayat-ayat ini memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana iman kita kepada Allah dapat mempengaruhi hubungan kita dengan-Nya dan bagaimana kita diperhitungkan sebagai orang yang benar di hadapan-Nya. Ayat pertama yang akan kita bahas adalah Roma 4:18, di mana Paulus mengutip kisah Abraham yang percaya kepada Allah meskipun segala sesuatu di alam nyata menentangnya. Abraham percaya bahwa Allah dapat melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya, meskipun situasinya tampak tidak mungkin. Ini adalah contoh nyata bagaimana iman yang kuat kepada Allah dapat mengatasi segala keraguan dan ketidakpastian dalam hidup kita. Selanjutnya, dalam Roma 4:19-22, Paulus menjelaskan bahwa iman Abraham tidak goyah meskipun ia menyadari bahwa tubuhnya sudah tua dan Sara, istrinya, mandul. Abraham tetap percaya bahwa Allah akan menepati janji-Nya untuk memberikan keturunan yang banyak seperti bintang di langit. Ini menunjukkan betapa kuatnya iman Abraham kepada Allah, yang tidak tergoyahkan oleh keadaan yang tampaknya tidak mungkin. Roma 4:23-25 mengungkapkan bahwa iman Abraham dianggap sebagai kebenaran oleh Allah. Abraham diperhitungkan sebagai orang yang benar di hadapan-Nya karena imannya yang teguh. Ini menunjukkan bahwa iman kita kepada Allah adalah faktor penting dalam hubungan kita dengan-Nya dan dalam bagaimana kita diperhitungkan sebagai orang yang benar di hadapan-Nya. Dalam kesimpulan khotbah ini, kita belajar bahwa Allah memperhitungkan iman kita sebagai kebenaran. Seperti Abraham, kita harus memiliki iman yang teguh kepada Allah, meskipun situasi di sekitar kita mungkin tampak tidak mungkin. Ketika kita percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati, kita akan diperhitungkan sebagai orang yang benar di hadapan-Nya. Oleh karena itu, mari kita kuatkan iman kita dan percaya bahwa Allah dapat melakukan segala sesuatu yang Dia janjikan.