Mengapa Laporan Keuangan di Desa Hanya Terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Berbasis Kas?
Laporan keuangan merupakan alat penting dalam mengelola keuangan suatu entitas, baik itu kecamatan maupun desa. Namun, terdapat perbedaan dalam jenis laporan keuangan yang digunakan antara kecamatan dan desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, laporan keuangan pada kecamatan terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sementara itu, laporan keuangan di desa hanya terdiri dari LRA dan berbasis kas berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 20 Tahun 2018. Mengapa hal ini terjadi? Apa konsekuensi dari jenis laporan keuangan di desa yang hanya terdiri dari LRA dan berbasis kas? Pertama-tama, perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan skala dan kompleksitas keuangan antara kecamatan dan desa. Kecamatan umumnya memiliki anggaran yang lebih besar dan beragam sumber pendapatan, seperti pajak daerah, retribusi, dan dana perimbangan. Oleh karena itu, laporan keuangan kecamatan perlu mencakup lebih banyak informasi, seperti laporan operasional dan neraca, untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keuangan kecamatan. Di sisi lain, desa umumnya memiliki anggaran yang lebih kecil dan sumber pendapatan yang lebih terbatas, seperti dana desa dan pajak kecil-kecilan. Oleh karena itu, laporan keuangan di desa hanya perlu mencakup informasi dasar, seperti LRA, yang mencerminkan realisasi anggaran dan arus kas desa. Dalam hal ini, laporan keuangan yang terdiri dari LRA dan berbasis kas sudah cukup untuk memberikan informasi yang relevan dan memadai bagi pengelolaan keuangan desa. Namun, terdapat beberapa konsekuensi dari jenis laporan keuangan di desa yang hanya terdiri dari LRA dan berbasis kas. Pertama, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan desa menjadi lebih terbatas. Hal ini dapat mempengaruhi transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, karena informasi yang lebih lengkap dan detail dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan anggaran desa. Selain itu, laporan keuangan yang hanya terdiri dari LRA dan berbasis kas juga dapat membatasi kemampuan desa dalam melakukan analisis keuangan yang lebih mendalam. Dalam laporan keuangan yang lebih komprehensif, seperti laporan operasional dan neraca, desa dapat melihat lebih jauh tentang kinerja keuangan mereka, seperti rasio keuangan dan tren pengeluaran. Namun, dengan laporan keuangan yang terbatas, desa mungkin kesulitan dalam mengidentifikasi masalah keuangan dan mengambil tindakan yang tepat untuk memperbaikinya. Dalam kesimpulan, perbedaan jenis laporan keuangan antara kecamatan dan desa dapat disebabkan oleh perbedaan skala dan kompleksitas keuangan. Laporan keuangan di desa yang hanya terdiri dari LRA dan berbasis kas sudah cukup untuk memberikan informasi yang relevan dan memadai bagi pengelolaan keuangan desa. Namun, terdapat konsekuensi dari jenis laporan keuangan ini, seperti keterbatasan informasi dan keterbatasan kemampuan analisis keuangan. Oleh karena itu, penting bagi desa untuk tetap memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangannya, meskipun dengan laporan keuangan yang terbatas.