Mimpi yang Terenggut **
** Lee Yuna, gadis dengan senyum ceria dan mata yang berbinar, memiliki hati yang penuh dengan kata-kata indah. Ia adalah penyair muda yang terlahir dengan bakat luar biasa. Puisi-puisinya mengalir seperti air sungai, penuh dengan makna dan emosi yang mendalam. Ia bercita-cita menjadi penyair terkenal, berbagi keindahan kata-katanya dengan dunia. Namun, jalan menuju mimpinya terjal dan berliku. Orang tuanya, yang menginginkan masa depan yang "terjamin" untuknya, tidak mendukung cita-citanya. Mereka menganggap puisi hanyalah hobi yang tidak akan membuahkan hasil. Teman-temannya pun mengejeknya, menganggapnya aneh dan tidak realistis. Meskipun menghadapi berbagai rintangan, semangat Yuna tidak pernah padam. Ia terus menulis, terus berlatih, dan terus bermimpi. Ia ingin membuktikan bahwa mimpinya bukanlah sesuatu yang mustahil. Suatu hari, Yuna dihadapkan pada pilihan sulit. Ia harus memilih antara mengikuti les tambahan yang diwajibkan orang tuanya atau mengikuti lomba puisi yang telah lama ia nantikan. Dengan tekad yang kuat, ia memilih untuk mengikuti lomba. Ia percaya bahwa ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bakatnya dan meraih mimpinya. Setelah melewati seleksi yang ketat, Yuna berhasil lolos dan berkesempatan untuk tampil di panggung lomba. Namun, sesampainya di rumah, ia justru dihukum oleh orang tuanya karena tidak mengikuti les. Mereka mencaci maki cita-citanya, menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna. Yuna merasa sangat kecewa dan sedih. Ia merasa tidak dihargai dan tidak didukung oleh orang tuanya sendiri. Namun, ia tetap bertekad untuk mengikuti lomba. Ia ingin membuktikan bahwa ia mampu meraih mimpi meskipun tanpa dukungan dari orang tuanya. Pada hari lomba, Yuna tampil dengan penuh percaya diri. Ia membacakan puisinya dengan penuh emosi dan jiwa. Penonton terhanyut dalam kata-katanya yang indah dan penuh makna. Akhirnya, Yuna berhasil meraih juara pertama. Namun, kebahagiaan Yuna tidak berlangsung lama. Orang tuanya datang ke acara tersebut dan langsung mencaci maki Yuna di depan umum. Mereka marah karena Yuna tidak mengikuti les dan memilih untuk mengikuti lomba puisi. Yuna merasa sangat terluka. Ia hanya ingin mengejar mimpinya, ingin merasakan kebahagiaan dalam mengekspresikan dirinya melalui puisi. "Jika kalian orang tuaku, harusnya kalian bisa menghargai apa yang inginkan dan apa yang aku ingin rasakan. Kalian bukan orang tuaku!" teriak Yuna dengan air mata yang mengalir deras. Yuna berlari keluar studio dan menyeberang jalan. Ia merasa sangat lelah dan putus asa. Ia menangis semakin keras, merasa bahwa dirinya tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari orang tuanya. Tanpa Yuna sadari, sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan menabraknya. Yuna terjatuh dan meninggal dunia. Yuna, gadis yang penuh mimpi dan bakat, pergi meninggalkan dunia ini dengan hati yang hancur. Ia meninggal karena ketidakadilan dari orang tuanya, yang tidak pernah menghargai mimpinya dan tidak pernah mendukungnya. Kisah Yuna mengingatkan kita bahwa mimpi adalah sesuatu yang berharga dan harus dihargai. Kita harus mendukung mimpi anak-anak kita, memberikan mereka kesempatan untuk mengejar impian mereka, dan membantu mereka untuk meraih cita-cita mereka. Semoga kisah Yuna dapat menjadi pelajaran bagi kita semua, agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama.