Glenia dan Perjuangannya Menjadi Nyonya Castel
Glenia terbangun dari pingsannya dan melihat sekelilingnya. Dia tersadar bahwa dia berada di rumah sakit. Glenia mencoba untuk pergi, tetapi asisten pribadi Castel, Hery, segera menghalanginya. "Nona mau kemana? Tolong jangan kemana-mana, nona. Atau saya akan dihukum oleh tuan Castel," kata Hery dengan penuh permohonan. "Kalau kamu gak mau dihukum, yaudah biarin aku pergi!" jawab Glenia dengan tegas. "Aku gak mau jadi budaknya. Bisa-bisa aku mengecewakan papaku," sambung Glenia. "Tuan tidak akan menjadikan anda budak lagi. Lagipula, kalau iya, itu salah nona karena nona telah menghina tuan!" kata Hery dengan penjelasan. "Ya, bilang saja kalau aku akan minta maaf nanti. Sekarang aku harus pergi bekerja!" kata Glenia dengan tegas. "Maaf, nona. Saya tidak bisa mengatakan itu. Bisa saja saya dipecat oleh tuan Castel," kata Hery dengan penjelasan. "Baiklah, antar aku menemui bosmu!" kata Glenia dengan tegas. "Baik, nona," kata Hery dengan patuh. Setelah sampai di kantor Castel, Glenia cukup terkesan melihat betapa megahnya perusahaan Castel. Setelah ia sampai di dalam ruangan Castel, ia langsung meminta maaf dan memohon untuk dibebaskan. "Sudah kukatakan kamu tidak akan menjadi budakku. Tenang saja, kamu akan menjadi nyonya di rumahku!" kata Castel dengan santai. "Tapi kita tidak saling mengenal, bahkan tidak saling mencintai," kata Glenia dengan ragu. "Kamu lakukan saja cara untuk memikat hatiku, dan aku akan mencintaimu," kata Castel dengan tegas. "Lalu aku? Aku tidak mencintaimu..." kata Glenia dengan jujur. "Kamu yakin?" tanya Castel dengan meyakinkan Glenia dengan mendekatkan wajahnya. Astaga, dia benar-benar tampan. Bagaimana bisa aku mengatakan hal itu tadi? Tapi aku masih belum siap untuk menikah, bahkan aku belum sukses," batin Glenia. Glenia sekarang bingung harus melakukan apa dan menjawab apa.