Pelestarian Kebudayaan dan Lingkungan di Indonesi
Pelestarian kebudayaan asli Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi merupakan sebuah tantangan yang harus diatasi dengan bijaksana. Salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan kebudayaan adalah dengan memadukan unsur-unsur budaya asing tanpa menghilangkan identitas budaya lokal. Hal ini diperlukan agar keberagaman budaya tetap terjaga, sekaligus mencegah homogenisasi budaya.
Selain itu, pola permukiman di daerah pantai cenderung berbentuk komunal, dimana rumah-rumah penduduk saling berdekatan membentuk suatu komunitas yang solid. Hal ini mencerminkan hubungan sosial yang erat antar warga masyarakat pesisir, serta keselarasan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Suku Tengger, salah satu suku di Indonesia berasal dari daerah pegunungan lereng curam. Pertanian di daerah seperti ini perlu dibuat secara terasering guna menjaga keseimbangan lingkungan dan mencegah erosi tanah.
Rumah Gadang, rumah adat Minangkabau memiliki kelebihan dalam proses pembangunannya karena menggunakan sistem bangunan tanpa paku yang unik dan ramah lingkungan.
Tari Saman berasal dari Aceh, Sumatera Utara. Keindahan tari Saman tidak hanya terletak pada gerakan-gerakannya namun juga pada pesannya tentang persaudaraan dan semangat gotong royong dalam melestarikan tradisi.
Martha Christina Tiahahu memberontak melawan penjajahan Belanda sebagai bentuk perlawanan rakyat di Saparua demi mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia.
Teuku Umar dikenal sebagai The Guardian of Acheh Kingdom karena perjuangannya melawan kolonialisme Belanda demi meraih kemerdekaan bagi rakyat Aceh.
Deforestasi yang terjadi di Indonesia dapat menyebabkan kerusakan lingkungan serius seperti banjir bandang akibat hilangnya fungsi hutan sebagai penyerap air serta habitat binatang menjadi rusak akibat hilangnya tempat tinggal mereka.
Uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat dikeluarkan oleh Bank Indonesia disebut mata uand Rupiah (IDR).