Bagaimana Orde Baru Membangun Ekonomi Indonesia?
Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno menandatangani sebuah dokumen yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret, atau Supersemar. Surat ini memberi mandat kepada Jenderal Soeharto untuk memulihkan keamanan dan ketertiban di tengah kekacauan politik dan ekonomi yang melanda Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya era Orde Lama dan dimulainya Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Selama lebih dari tiga dekade, pemerintahan Orde Baru menerapkan serangkaian kebijakan ekonomi yang secara signifikan membentuk lanskap ekonomi Indonesia.
Stabilitas Politik dan Ekonomi
Salah satu langkah awal yang diambil oleh Orde Baru adalah menciptakan stabilitas politik dan ekonomi. Pemerintahan Soeharto mengambil langkah-langkah untuk menekan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dituduh mendalangi upaya kudeta pada tahun 1965. Pembersihan politik ini, meskipun kontroversial, menciptakan lingkungan politik yang lebih stabil, yang dipandang penting untuk menarik investasi asing dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Penanaman Modal Asing dan Pembangunan Ekonomi
Pemerintahan Orde Baru menyadari pentingnya penanaman modal asing dalam mendorong pembangunan ekonomi. Berbagai kebijakan diterapkan untuk menciptakan iklim investasi yang lebih menarik bagi perusahaan asing. Undang-Undang Penanaman Modal Asing tahun 1967 memberikan insentif fiskal dan jaminan kepada investor asing, yang mengarah pada peningkatan aliran modal asing ke sektor-sektor seperti manufaktur, pertambangan, dan pertanian.
Repelita: Cetak Biru Pembangunan Ekonomi
Untuk memandu pembangunan ekonomi, Orde Baru meluncurkan serangkaian rencana pembangunan lima tahun yang dikenal sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita berfokus pada pembangunan infrastruktur, peningkatan produksi pertanian, dan promosi industrialisasi. Melalui Repelita, pemerintah menginvestasikan sumber daya dalam proyek-proyek infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan, dan pembangkit listrik, yang meletakkan dasar bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Peran Sektor Pertanian
Sektor pertanian memainkan peran penting dalam ekonomi Indonesia selama Orde Baru. Pemerintah menerapkan program intensifikasi pertanian, seperti Revolusi Hijau, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Program-program ini melibatkan penggunaan varietas benih unggul, pupuk, dan teknik irigasi yang lebih baik. Akibatnya, Indonesia mencapai swasembada beras pada pertengahan 1980-an, yang merupakan prestasi yang signifikan.
Industrialisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah Orde Baru juga memprioritaskan industrialisasi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Kebijakan substitusi impor diadopsi untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan asing dan mendorong pertumbuhan industri manufaktur. Pemerintah memberikan perlindungan tarif, kuota impor, dan insentif lainnya kepada industri dalam negeri. Akibatnya, sektor manufaktur mengalami pertumbuhan yang signifikan, berkontribusi terhadap peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja.
Pemerintahan Orde Baru, di bawah kepemimpinan Soeharto, menerapkan serangkaian kebijakan ekonomi yang membawa perubahan signifikan bagi ekonomi Indonesia. Penekanan pada stabilitas politik, penanaman modal asing, perencanaan ekonomi melalui Repelita, pembangunan pertanian, dan industrialisasi menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan dan peningkatan standar hidup bagi banyak orang Indonesia. Namun, penting untuk dicatat bahwa rezim Orde Baru juga ditandai dengan korupsi, kronisme, dan ketimpangan yang meluas. Warisan ekonomi Orde Baru terus membentuk lanskap ekonomi Indonesia hingga saat ini.