Bayangan di Matanya **
Senja menyapa dengan warna jingga yang memudar, meninggalkan langit malam yang gelap dan sunyi. Di dalam rumah sederhana itu, seorang wanita bernama Maya duduk termenung di tepi ranjang, matanya menatap kosong ke arah jendela. Suaminya, Arga, terbaring lemas di ranjang, tubuhnya kurus dan pucat. Penyakit yang menggerogoti tubuhnya telah merenggut semangatnya, meninggalkan hanya bayangan dari pria yang dulu penuh energi dan canda tawa. Maya teringat saat-saat indah mereka bersama. Arga, dengan senyum lebarnya, selalu berusaha membuat Maya bahagia. Mereka membangun mimpi bersama, menata masa depan yang cerah. Namun, takdir berkata lain. Penyakit itu datang tanpa aba-aba, menghancurkan mimpi mereka satu per satu. Seiring berjalannya waktu, Arga semakin lemah. Maya, yang dulunya seorang wanita pekerja keras, kini hanya bisa berdiam diri di rumah, merawat suaminya dengan penuh kasih sayang. Dia memasak, membersihkan, dan menemani Arga setiap saat. Namun, di balik kesabarannya, tersimpan rasa sakit yang mendalam. "Kenapa aku?" bisik Maya dalam hati. "Kenapa harus dia yang menderita?" Rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya. Dia merasa dirinya tidak cukup kuat, tidak cukup baik untuk menjadi istri yang ideal. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas keadaan Arga. "Seandainya aku lebih perhatian, seandainya aku lebih kuat, mungkin dia tidak akan seperti ini," batinnya. Maya terjebak dalam lingkaran setan rasa bersalah. Dia merasa dirinya adalah penyebab semua penderitaan Arga. Dia terpuruk dalam kesedihan, kehilangan semangat untuk hidup. Suatu malam, saat Maya tertidur lelap, dia bermimpi. Dalam mimpinya, dia melihat Arga tersenyum padanya. "Jangan menyalahkan dirimu, Maya," kata Arga. "Aku mencintaimu, dan aku bahagia memiliki kamu di sisiku." Maya terbangun dengan perasaan lega. Dia menyadari bahwa Arga tidak pernah menyalahkannya. Dia mencintainya apa adanya. Rasa bersalah yang selama ini menyiksanya perlahan mulai sirna. Maya bangkit dari tidurnya, matanya berkaca-kaca. Dia menatap Arga yang tertidur lelap di sampingnya. "Aku akan selalu ada untukmu, Arga," bisiknya. "Aku akan terus mencintaimu, dan aku akan terus berjuang untukmu." Senyum tipis terukir di bibir Maya. Dia tahu bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi cobaan ini. Arga, dengan cinta dan kekuatannya, selalu ada di sisinya. Dan dia, dengan segala keterbatasannya, akan terus berjuang untuk mereka berdua. Catatan:** Cerita ini menggambarkan seorang wanita yang merasa bersalah atas keadaan suaminya yang sakit. Namun, melalui mimpi, dia menyadari bahwa suaminya tidak pernah menyalahkannya dan tetap mencintainya. Cerita ini menekankan pentingnya dukungan dan cinta dalam menghadapi kesulitan hidup.