Optimalisasi Pemungutan Pajak di Indonesia: Kerja Sama antara DJP, DJPK, dan Pemerintah Daerah
Pada tanggal 21 April 2021, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) secara resmi menandatangani perjanjian kerja sama dengan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) dan 84 Pemerintah Daerah (Pemda) untuk optimalisasi pemungutan pajak pusat dan pajak daerah tahap III. Acara penandatanganan dilakukan secara luring di Aula Nagara Dana Rakca Gedung Radius Prawiro DJPK dan secara daring melalui Video Conference. Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo menyatakan bahwa mengumpulkan penerimaan negara tidak hanya dapat dilakukan oleh satu instansi semata. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diperlukan karena masing-masing pihak memiliki tujuan yang sama yakni mengumpulkan penerimaan. Perjanjian kerja sama ini bertujuan untuk mengoptimalkan pertukaran dan pemanfaatan data atau informasi perpajakan, data perizinan, serta informasi lainnya. Tujuan lain yang ingin dicapai, yakni mengoptimalkan penyampaian data informasi keuangan daerah, pengawasan wajib pajak bersama, dan pemanfaatan program atau kegiatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat khususnya di bidang perpajakan. DJP, DJPK, dan Pemda juga bersepakat untuk melakukan pendampingan dan dukungan kapasitas di bidang perpajakan demi meningkatkan pengetahuan serta kemampuan aparatur. Melalui kerja sama dengan Pemda, DJP berharap dapat menerima sumber data penting untuk pengawasan kepatuhan pajak antara lain data kepemilikan dan omzet usaha, izin mendirikan bangunan, usaha pariwisata, usaha pertambangan, usaha perikanan, dan usaha perkebunan. Sebaliknya, Pemda juga akan menerima data dari DJP untuk kepentingan pengawasan daerah. Kerja sama ini bukan kali pertama dilakukan oleh DJP, DJPK, dan Pemda. Pada tahap I dilaksanakan perjanjian kerja sama dengan tujuh Pemda yang. Selain itu, Tax Ratio di Indonesia tergolong rendah, terutama di masa sekarang sebagai dampak pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa ada potensi kehilangan penerimaan pajak bagi negara. Oleh karena itu, perjanjian kerja sama ini menjadi langkah yang tepat untuk mengoptimalkan pemungutan pajak di Indonesia. Dengan adanya sinergi antara DJP, DJPK, dan Pemda, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengumpulan penerimaan pajak. Selain itu, kerja sama ini juga dapat memperkuat koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengatasi tantangan yang dihadapi dalam pemungutan pajak. Fungsi filosofis pemungutan pajak juga perlu diperhatikan dalam konteks ini. Pemungutan pajak bukan hanya tentang mengumpulkan penerimaan bagi negara, tetapi juga tentang memberikan kontribusi dalam pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya kerja sama antara DJP, DJPK, dan Pemda, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan perpajakan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Pemerintah daerah dapat memperoleh data yang diperlukan untuk pengawasan daerah dan masyarakat dapat mendapatkan pelayanan perpajakan yang lebih baik. Dalam kesimpulan, perjanjian kerja sama antara DJP, DJPK, dan Pemda merupakan langkah yang tepat untuk mengoptimalkan pemungutan pajak di Indonesia. Kerja sama ini tidak hanya dapat meningkatkan penerimaan negara, tetapi juga dapat memperkuat koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengatasi tantangan yang dihadapi dalam pemungutan pajak. Selain itu, fungsi filosofis pemungutan paj