Konsep Ketuhanan dalam Islam: Menelaah Atribut Bashar dan Implikasinya
Konsep ketuhanan dalam Islam, yang dikenal sebagai tauhid, menempatkan Allah sebagai entitas tunggal, maha esa, dan mahakuasa. Keesaan Allah ini menjadi pondasi utama dalam memahami setiap aspek ajaran Islam, termasuk bagaimana manusia memaknai eksistensinya di dunia. Di antara berbagai atribut Allah yang termaktub dalam Asmaul Husna, atribut _bashar_ memunculkan pertanyaan menarik tentang relasi antara Allah dan manusia. Bagaimana mungkin Allah yang transenden dan maha sempurna memiliki sifat _bashar_ yang melekat pada manusia?
Memahami Konsep _Bashar_ dalam Al-Qur'an
_Bashar_ seringkali diartikan sebagai "daging" atau "kulit", merujuk pada aspek fisik manusia. Namun, memaknai _bashar_ hanya sebatas fisik akan menimbulkan reduksi makna yang problematis. Al-Qur'an sendiri menggunakan kata _bashar_ dalam berbagai konteks, menunjukkan kompleksitas maknanya.
Dalam beberapa ayat, _bashar_ memang merujuk pada aspek fisik manusia, seperti dalam QS. Al-Insan ayat 2: "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami mengujinya (dengan berbagai cobaan), maka Kami jadikan dia mendengar dan melihat." Ayat ini menjelaskan proses penciptaan manusia dari unsur biologis, menunjukkan _bashar_ sebagai aspek material.
Namun, Al-Qur'an juga menggunakan _bashar_ untuk merujuk pada sesuatu yang lebih substansial daripada sekadar fisik. Misalnya dalam QS. Al-Isra' ayat 94: "Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi manusia untuk beriman ketika datang petunjuk kepadanya, dan untuk memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali (karena ia bersikeras dengan) mengatakan: "Mengapa Allah mengutus seorang _bashar_ (manusia) sebagai rasul kepada kami?". Ayat ini menyiratkan _bashar_ sebagai representasi totalitas manusia, termasuk akal, emosi, dan spiritualitasnya.
Implikasi _Bashar_ dalam Relasi Manusia dan Tuhan
Memahami _bashar_ secara komprehensif membantu kita menafsirkan atribut Allah yang terkesan paradoks. Allah yang maha tinggi dan transenden digambarkan memiliki sifat _bashar_. Hal ini bukan berarti Allah memiliki tubuh fisik seperti manusia. Sebaliknya, _bashar_ dalam konteks ini merujuk pada ilmu Allah yang mencakup segalanya, termasuk pengetahuan-Nya yang sempurna tentang manusia, bahkan hingga aspek terkecil dari keberadaan manusia.
Penting untuk dicatat bahwa _bashar_ Allah tidaklah sama dengan _bashar_ manusia. _Bashar_ Allah bersifat absolut dan sempurna, sedangkan _bashar_ manusia terbatas dan tidak sempurna. Meskipun demikian, adanya _bashar_ Allah memberikan pemahaman mendalam tentang kedekatan Allah dengan manusia. Allah mengetahui segala yang dirasakan dan dialami manusia, baik suka maupun duka, karena ilmu-Nya yang menjangkau seluruh eksistensi manusia.
Kesimpulan
Konsep _bashar_ dalam konteks ketuhanan Islam mengajak kita untuk merenungkan kebesaran dan kedekatan Allah secara bersamaan. Allah yang maha tinggi tetap dekat dengan manusia, mengetahui segala kebutuhan dan kerentanannya. Pemahaman ini mendorong manusia untuk terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kualitas diri, dan menebarkan kebaikan di dunia.