Burung Merpati di Jendela **
** Cahaya mentari pagi menerobos celah gorden, membangunkan Arga dari tidurnya. Hari ini adalah hari yang istimewa. Ia baru saja memecahkan rekor di game favoritnya, sebuah pencapaian yang membuatnya bersemangat. Ia buru-buru mengambil ponsel barunya, hadiah dari orang tuanya atas prestasinya, dan mengabadikan momen kemenangannya. Foto itu diunggah ke media sosial, dan tak disangka, menjadi viral. Arga merasa bahagia. Ia akhirnya bisa membanggakan orang tuanya, yang selalu mendukungnya dalam segala hal. Ia mulai aktif di media sosial, melakukan live streaming, dan membagikan berbagai momen kesehariannya. Namun, popularitas yang datang begitu cepat juga membawa dampak negatif. Arga dihujani komentar-komentar pedas, di-bully habis-habisan. Ia merasa tertekan, kesepian, dan kehilangan jati dirinya. Suatu hari, saat Arga sedang melakukan live streaming, ia terlihat begitu lelah dan putus asa. Ia mengungkapkan kekecewaan dan amarahnya kepada para penggemarnya yang mulai membencinya. Ia tersenyum ke arah kamera, lalu menodongkan pistol ke kepalanya. Sebelum menembak, ia melihat seekor burung merpati hinggap di jendela kamarnya. Ia tersenyum lagi, kali ini dengan tatapan kosong, dan menembak dirinya sendiri. Burung merpati itu terbang mendekat, hinggap di tubuh Arga yang tergeletak tak bernyawa. Orang tuanya, yang tak henti-hentinya menangis, tak mengerti mengapa anak mereka yang penuh semangat dan berprestasi itu memilih jalan tragis. Kisah Arga mengingatkan kita bahwa popularitas di media sosial bukanlah segalanya. Di balik layar, terkadang tersembunyi luka dan kesedihan yang tak terlihat. Kita harus lebih bijak dalam menggunakan media sosial, dan selalu ingat bahwa di balik setiap akun, ada manusia dengan perasaan dan emosi yang sama seperti kita.