Pengelolaan Biaya Overhead Pabrik dalam Produksi Khusus
Pendahuluan: PT Restu menerima pesanan khusus dari PT Hasta yang memerlukan teknik produksi khusus dan menghasilkan kerusakan normal. Biaya overhead pabrik dibebankan pada pesanan ini dengan tarif 112,5% dari biaya tenaga kerja langsung. Dalam hal ini, kita akan membahas pengelolaan biaya overhead pabrik dalam konteks produksi khusus. Bagian 1: Perhitungan Biaya Overhead Pabrik - Biaya overhead pabrik dibebankan pada pesanan khusus dengan tarif 112,5% dari biaya tenaga kerja langsung. - Biaya tenaga kerja langsung per unit adalah Rp450. - Jadi, biaya overhead pabrik per unit adalah 112,5% x Rp450 = Rp506,25. - Untuk memenuhi pesanan 800 unit, total biaya overhead pabrik yang dikeluarkan adalah 800 x Rp506,25 = Rp406.000. Bagian 2: Pencatatan Jurnal untuk Biaya Overhead Pabrik - (Dr) Barang dalam Proses 1.600.000 - (Cr) Persediaan Bahan 750.000 - (Cr) Gaji dan Upah 400.000 - (Cr) Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan 406.000 - Total biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah Rp406.000. Bagian 3: Penanganan Barang Rusak - 200 unit yang tidak memenuhi spesifikasi pesanan dapat dijual dengan harga Rp400 per unit. - (Dr) Barang Rusak 80.000 - (Cr) Barang dalam Proses 80.000 - Total biaya barang rusak adalah Rp80.000. Bagian 4: Pencatatan Jurnal untuk Pekerjaan yang Selesai - (Dr) Persediaan Barang Jadi 1.520.000 - (Cr) Barang dalam Proses 1.520.000 - Total biaya untuk pekerjaan yang selesai adalah Rp1.520.000. Kesimpulan: Dalam konteks produksi khusus, pengelolaan biaya overhead pabrik menjadi penting. PT Restu harus menghitung biaya overhead pabrik dengan benar dan mencatatnya dalam jurnal dengan tepat. Selain itu, penanganan barang rusak juga harus dilakukan dengan baik untuk menghindari kerugian finansial. Dengan demikian, pengelolaan biaya overhead pabrik yang baik akan memastikan keberlanjutan usaha dan keuntungan perusahaan.