Mengorbankan Keinginan demi Kepentingan Orang Tu
Hamidah adalah seorang anak yatim yang tinggal bersama ibunya. Sejak ayah Hamidah meninggal, ibunya terpaksa mencari nafkah sendiri untuk menghidupi mereka. Ibunya merintis usaha berjualan sayuran keliling dengan modal seadanya. Tiap hari ia berjualan keliling kampung dengan sepeda onthel. Berangkat pagi-pagi setelah subuh, pulang sore hari. Meski dagangannya hampir selalu habis, tetapi ibu Hamidah merasakan capek juga, karena harus mengayuh sepeda onthel dengan membawa dagangan yang berat. Akhirnya dari hasil berjualan itu, sedikit demi sedikit ibu Hamidah bisa menabung. Maka ia memutuskan untuk membeli sepeda motor ala kadarnya dengan uang yang ada untuk berjualan keliling agar tidak terlalu capek dan bisa pulang lebih awal. Namun di sisi lain Hamidah juga pingin punya motor untuk bersekolah karena hampir semua temannya memiliki motor. Hamidah pun bimbang. Jika melihat ibunya, ia merasa kasihan karena harus mengayuh sepeda onthel tiap hari untuk berjualan keliling. Namun jika melihat teman-temannya, ia merasa iri dan ingin naik motor ke sekolah. Akhirnya, Hamidah pun sadar bahwa kepentingan ibunya lebih penting. Ia harus menjaga agar ibunya tetap bisa berjualan dengan nyaman, tidak capek, dan tidak pulang terlalu sore. Ia pun mengalah demi ibu yang telah mencari nafkah untuknya. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada pilihan antara keinginan pribadi dan kepentingan orang tua atau keluarga. Keputusan yang diambil oleh Hamidah untuk mengorbankan keinginannya demi kepentingan ibunya adalah contoh nyata dari pengorbanan dan cinta kasih seorang anak kepada orang tuanya. Pengorbanan adalah tindakan yang dilakukan dengan rela hati untuk mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Dalam kasus Hamidah, ia menyadari bahwa ibunya telah berjuang keras untuk mencari nafkah dan menghidupi mereka berdua. Ia menyadari bahwa keinginannya untuk memiliki motor tidak sebanding dengan kelelahan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh ibunya. Dalam mengambil keputusan untuk mengorbankan keinginannya, Hamidah juga menunjukkan rasa empati dan pengertian terhadap situasi yang dihadapi oleh ibunya. Ia memahami bahwa ibunya butuh bantuan dan dukungan untuk menjalankan usahanya dengan lebih efisien. Dengan memiliki sepeda motor, ibunya dapat berjualan dengan lebih cepat dan efektif, sehingga dapat pulang lebih awal dan tidak terlalu lelah. Keputusan Hamidah juga menunjukkan sikap tanggung jawab yang tinggi. Ia menyadari bahwa sebagai anak, ia memiliki tanggung jawab untuk membantu dan mendukung ibunya dalam mencari nafkah. Ia memilih untuk mengorbankan keinginannya demi kepentingan ibunya, karena ia tahu bahwa kebahagiaan ibunya adalah prioritas utama. Pengorbanan yang dilakukan oleh Hamidah juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghargai dan menghormati orang tua. Ia menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap ibunya dengan mengutamakan kepentingan dan kesejahteraannya. Dalam mengambil keputusan, ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga memikirkan kebahagiaan dan kesejahteraan ibunya. Dalam kehidupan ini, seringkali kita dihadapkan pada pilihan yang sulit antara keinginan pribadi dan kepentingan orang lain. Namun, ketika kita mampu mengorbankan keinginan kita demi kepentingan orang lain, kita akan merasakan kepuasan dan kebahagiaan yang lebih besar. Pengorbanan adalah tindakan yang mulia dan dapat memperkuat hubungan kita dengan orang-orang terdekat. Dalam kasus Hamidah, pengorbanannya tidak hanya memberikan kelegaan bagi ibunya, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai penting seperti empati, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap orang tua. Pengorbanan yang dilakukan oleh Hamidah adalah contoh nyata dari cinta kasih seorang anak kepada orang tuanya, dan merupakan inspirasi bagi kita semua untuk mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.