Senyum di Balik Layar **
** Mentari sore menerobos celah jendela kamar, menerangi wajah Rara yang sedang asyik mengetik di laptopnya. Jari-jari lentiknya menari di atas keyboard, merangkai kata-kata untuk tugas kuliah yang menumpuk. Di sampingnya, ponsel bergetar, menampilkan pesan dari Arga, kekasihnya. "Sayang, lagi apa? Kangen nih," tulis Arga. Rara tersenyum. Ia membalas pesan Arga dengan singkat, "Lagi ngerjain tugas. Nanti ya, sayang." Rara kembali fokus pada tugasnya. Namun, pikirannya melayang ke Arga. Ia membayangkan wajah Arga yang sedang tersenyum, mendengar suaranya yang lembut, dan merasakan sentuhan tangannya. Sejak berpacaran dengan Arga, Rara merasa hidupnya lebih berwarna. Arga selalu ada untuknya, mendukungnya dalam suka dan duka. Ia merasa dicintai dan dihargai. Namun, di balik kebahagiaan itu, Rara mulai merasakan dampak lain dari hubungan mereka. Waktu belajarnya berkurang. Ia lebih sering menghabiskan waktu untuk bermesraan dengan Arga, baik secara langsung maupun melalui pesan. Tugas-tugasnya terbengkalai, dan nilai-nilainya mulai menurun. Rara merasa tertekan. Ia ingin fokus pada kuliahnya, namun rasa cintanya pada Arga membuatnya sulit untuk melepaskan diri. Ia merasa terjebak dalam dilema. Suatu hari, Rara bercerita kepada sahabatnya, Maya. Maya mendengarkan dengan saksama, lalu berkata, "Ra, kamu harus ingat, cinta itu indah, tapi jangan sampai mengorbankan mimpi-mimpi kamu. Kamu harus bisa menyeimbangkan keduanya." Kata-kata Maya membuat Rara tersadar. Ia menyadari bahwa cintanya pada Arga tidak boleh menjadi penghalang untuk meraih cita-citanya. Ia harus belajar untuk mengatur waktu dan prioritasnya. Rara memutuskan untuk berbicara dengan Arga. Ia menjelaskan perasaannya dan meminta dukungan Arga untuk fokus pada kuliahnya. Arga mengerti dan mendukung keputusan Rara. Sejak saat itu, Rara dan Arga sepakat untuk membatasi waktu pacaran mereka. Mereka tetap saling mencintai, namun mereka juga menyadari bahwa masing-masing memiliki tanggung jawab dan tujuan hidup yang harus dicapai. Rara kembali fokus pada kuliahnya. Ia belajar dengan tekun dan meraih nilai-nilai yang memuaskan. Ia juga tetap menjalin hubungan yang sehat dengan Arga. Rara menyadari bahwa berpacaran memang indah, namun harus diiringi dengan komitmen dan tanggung jawab. Ia belajar untuk menyeimbangkan cinta dan cita-citanya, dan menemukan kebahagiaan yang sejati.