Obyektifikasi Pola Keutamaan dalam Bangunan Istana di Surakart
Pola keutamaan dalam bangunan istana di Surakarta dapat dilihat melalui obyektifikasi yang dikonkretisasikan secara komunikatif dan sesuai dengan konteks struktur sosial masyarakat Jawa dan nilai-nilai moral budayanya. Salah satu contoh obyektifikasi pola keutamaan ini dapat ditemukan dalam perbandingan gaya hidup, etiket, perilaku sopan santun keluarga, rajanya, dan struktur bangunan istana antara keraton Kasunanan Surakarta dan keraton Mangkunegaran. Sebagai contoh, pada tahun 1878, seorang pedagang dari Inggris bernama Arthur Earle mengiringi kunjungan Asisten Residen ke Surakarta. Dalam pengalamannya, ia membandingkan penerimaan yang sangat sopan oleh "Kanjeng Gusti" di keraton Kasunanan Surakarta dengan Pembesar yang baru saja mengijinkan mereka mengunjungi istana Pribuminyal Langenharjan. Earle juga mencatat perbedaan dalam suasana ruangan audiensi di keraton Mangkunegaran setelah gamelan yang agung dibunyikan. Perbandingan ini menunjukkan bagaimana obyektifikasi pola keutamaan tercermin dalam perilaku dan struktur bangunan istana. Hal ini menunjukkan pentingnya nilai-nilai sopan santun dan etiket dalam kehidupan sehari-hari di keraton Surakarta. Obyektifikasi pola keutamaan ini juga mencerminkan sistem kepemerintahan dalam kondisi pascakolonial, di mana nilai-nilai budaya dan moral masih dijunjung tinggi. Dengan demikian, obyektifikasi pola keutamaan dalam bangunan istana di Surakarta merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat Jawa dan sistem kepemerintahan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memahami dan menghargai nilai-nilai budaya dan moral dalam konteks sejarah dan sosial yang relevan.