Kekhalifahan Umayyah: Puncak dan Akhir Dinasti Umayyah
Daulah Umayyah, atau Kekhalifahan Umayyah, merupakan kekhalifahan Islam pertama yang berpusat di Damaskus. Kekhalifahan ini didirikan setelah terjadinya Perang Jamal dan Perang Shiffin, yang merupakan konflik internal di antara para sahabat Nabi Muhammad setelah wafatnya beliau pada tahun 632 M. Puncak konflik tersebut adalah pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan dan kematian Imam Ali bin Abi Thalib. Pada tahun 661 M, setelah pembunuhan Ali, Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Syria yang berasal dari keluarga Umayyah, menuntut pembalasan dendam atas kematian pamannya, Utsman. Ini mengarah pada pertempuran di Siffin dan akhirnya tercapainya perjanjian damai yang menyebabkan pecahnya kelompok-kelompok yang setia pada Ali. Setelah kematian Ali pada tahun 661 M, Muawiyah menjadi khalifah pertama dari dinasti Umayyah. Ia memindahkan ibu kota kekhalifahan dari Madinah ke Damaskus, menciptakan dinasti yang kuat dan terpusat di Suriah. Kekhalifahan Umayyah berkembang pesat di bawah pemerintahan Muawiyah dan para khalifah Umayyah berikutnya. Mereka berhasil menaklukkan wilayah yang luas, termasuk Persia, Mesir, dan bagian dari Afrika Utara. Namun, pemerintahan Umayyah tidak lepas dari kontroversi, terutama terkait dengan ketidaksetaraan sosial dan ekonomi. Pada tahun 750 M, dinasti Umayyah diakhiri oleh revolusi Abbasiyah yang dipimpin oleh Abu Muslim, yang menuntut keadilan sosial dan politik. Khalifah terakhir Umayyah, Marwan II, terpaksa melarikan diri, dan banyak anggota keluarga Umayyah dibantai. Beberapa dari mereka melarikan diri ke Spanyol, di mana mereka mendirikan Emirat Cordoba dan memulai periode keemasan Islam di Spanyol.