Bagaimana Ayat 83 Surah Al-Baqarah Mempengaruhi Perkembangan Islam di Indonesia?
Orang-orang Yahudi berkata, "Tangan Allah terbelenggu." Tangan merekalah yang terbelenggu, dan merekalah yang dilaknat karena ucapan itu. (Justru) kedua tangan Allah terbuka lebar, Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia memberi tanpa batas. Dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu sungguh akan menambah kekafiran dan kedurhakaan kebanyakan dari mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap kali mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka terus-menerus berbuat kerusakan di bumi, dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Demikianlah bunyi ayat 83 dari Surah Al-Baqarah, sebuah ayat yang sarat makna dan menjadi cermin bagi perjalanan Islam, khususnya di bumi Indonesia. Ayat ini dengan tegas menentang klaim kaum Yahudi yang menyatakan bahwa Allah SWT terbatas dalam memberi rezeki. Sebaliknya, ayat ini menegaskan bahwa Allah Maha Memberi, tak terbatas dan tak terhalang.
Kedermawanan Allah, Landasan Toleransi
Ayat 83 Surah Al-Baqarah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan Islam di Indonesia, terutama dalam membentuk prinsip toleransi. Frasa "kedua tangan Allah terbuka lebar, Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki" menjadi landasan keyakinan bahwa rezeki datangnya hanya dari Allah, dan diberikan kepada siapapun yang Dia kehendaki, tanpa memandang agama, suku, ataupun ras.
Pemahaman ini tertanam kuat dalam sanubari masyarakat Indonesia. Keberagaman agama dan budaya yang ada di Indonesia, bukan menjadi alasan untuk saling bermusuhan, justru menjadi kekuatan untuk saling bahu-membahu dalam meraih ridho Allah. Prinsip inilah yang kemudian melahirkan sikap toleransi dan tenggang rasa, yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
Semangat Dakwah yang Tak Kenapi Pudar
Ayat 83 Surah Al-Baqarah juga mengisahkan tentang penolakan sebagian orang terhadap ajaran Islam. Namun, penolakan tersebut tidak menyurutkan semangat para pendakwah untuk terus menyebarkan Islam. Justru, mereka semakin gigih dalam menyampaikan kebenaran, dengan penuh kebijaksanaan dan kesabaran.
Semangat inilah yang dibawa oleh para wali songo dalam menyebarkan Islam di bumi nusantara. Mereka berdakwah dengan penuh kelembutan, kearifan, dan toleransi, sehingga Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Metode dakwah yang santun dan penuh hikmah ini menjadi kunci sukses perkembangan Islam di Indonesia.
Menebar Kebaikan, Merajut Persaudaraan
Ayat 83 Surah Al-Baqarah juga mengajarkan pentingnya menebar kebaikan dan menjalin persaudaraan. Allah SWT melarang hamba-Nya untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Sebaliknya, Allah SWT memerintahkan untuk senantiasa berbuat baik dan menjaga keharmonisan.
Pesan moral dalam ayat ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Gotong royong, saling tolong menolong, dan menjaga kerukunan antar umat beragama menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ayat 83 Surah Al-Baqarah telah diimplementasikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat 83 Surah Al-Baqarah bukan hanya rangkaian kata, melainkan sebuah pedoman hidup yang sarat makna. Ayat ini mengajarkan tentang keluasan rahmat Allah, pentingnya toleransi, semangat dakwah yang tak kenal lelah, dan kewajiban untuk menebar kebaikan. Nilai-nilai luhur inilah yang mewarnai perjalanan Islam di Indonesia, membentuk karakter bangsa yang ramah, toleran, dan penuh kasih sayang.