Kedelai dan Strategi Pangan: Menghadapi Kekurangan dan Kekerasa
Kedelai dan tempe, dua makanan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia, telah menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam beberapa tahun terakhir, harga kedelai telah meningkat secara signifikan, mencapai hampir 50% dari harga sebelumnya. Kenaikan harga ini telah mengancam keberlangsungan banyak perusahaan tahu dan tempe, dan telah memicu protes dari para produsen. Mereka meminta pemerintah untuk menurunkan harga kedelai, menstabilkan harga, dan menangani pasar kedelai. Kenaikan harga kedelai bukanlah sesuatu yang baru, karena telah terjadi selama bertahun-tahun. Namun, kenaikan harga ini lebih besar dari biasanya, dan disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, sekitar 80% kebutuhan kedelai diimpor, yang membuat kita sangat rentan terhadap fluktuasi harga di pasar global. Kedua, perubahan iklim telah mengganggu pola produksi pangan, termasuk kedelai. Ketiga, pandemi COVID-19 telah menciptakan kendala logistik yang telah mempengaruhi pasokan kedelai. Selain itu, jumlah penduduk yang terus meningkat telah meningkatkan kebutuhan pangan, dan kita tidak dapat mengandalkan harga pangan yang murah lagi. Pangan berkualitas harus tersedia dan dapat diakses oleh masyarakat, karena kita ingin membangun sumber daya manusia. Kedelai, sebagai sumber protein nabati, adalah pilihan yang terus bergantung pada impor, memproduksi sendiri kedelai di dalam negeri, atau memperluas sumber protein kita. Sementara tempe dan tahu kedelai telah menjadi sumber protein murah, kita perlu mempertimbangkan kembali apakah mereka akan tetap murah dan terjamin pasokannya di masa depan, mengingat ketergantungan kita yang tinggi pada impor. Untuk menghadapi krisis kedelai dan tempe, kita perlu mengembangkan strategi pangan baru. Ini termasuk menginvestasikan dalam penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan varietas kedelai yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan lebih tahan terhadap kendala logistik. Ini juga termasuk mengembangkan sumber protein alternatif untuk mengurangi ketergantungan kita pada impor. Selain itu, kita perlu mengimplementasikan kebijakan pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai dan menangani pasar kedelai. Sebagai kesimpulan, krisis kedelai dan tempe telah menghadapi kita dengan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, dengan mengembangkan strategi pangan baru dan bekerja sama dengan pemerintah, kita dapat memastikan bahwa kedelai dan tempe tetap tersedia dan dapat diakses oleh masyarakat di masa depan.