Peran Pelajar dan Mahasiswa dalam Revolusi Nasional Indonesi
Pada awal tahun 1945, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam perjuangan kemerdekaannya. Belanda, yang telah menguasai negara itu selama berabad-abad, berusaha untuk kembali mengambil kendali. Namun, komunitas Indonesia, termasuk kelompok pelajar dan mahasiswa, bersikeras untuk mempertahankan kemerdekaan mereka. Pada bulan Juli 1945, sekelompok pelajar SMP dan SMA di Surabaya berikrar untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Mereka menyadari bahwa peran mereka sebagai generasi muda sangat penting dalam mempertahankan negara mereka. Pada tanggal 25 September 1945, di Yogyakarta, sebuah rapat umum diadakan yang dihadiri oleh para pemimpin dan pelajar dari Jawa dan Madura. Pada rapat tersebut, para pelajar Magelang membentuk Gabungan Sekolah Menengah, yang kemudian bergabung dengan Ikatan Pelajar Indonesia Kedu. Pembentukan perkumpulan-perkumpulan pelajar di berbagai wilayah di Indonesia menunjukkan tumbuhnya rasa patriotisme di kalangan pelajar Indonesia. Semangat ini kemudian menjadi dasar bagi lahirnya organisasi Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Saat pusat pemerintahan pindah ke Yogyakarta, para pengurus IPI juga ikut mengungsi. Di ibu kota baru ini, para anggota IPI ingin memiliki pasukan tempur sendiri dari kelompok pelajar. Oleh karena itu, IPI membentuk Markas Pertahanan Pelajar (MPP), yang merupakan cabang pertahanan. MPP memiliki tiga resimen yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Pada tanggal 17 Juli 1946, di Lapangan Pingit Yogyakarta, Mayor Jenderal dr. Moestopo secara resmi melantik dan mengukuhkan pasukan pelajar ini sebagai Tentara Pelajar. Selain latihan rutin baris-berbaris dan bela negara, Tentara Pelajar ini juga aktif menjalankan perannya sebagai pelajar. Ketika situasi genting dan tugas negara memanggil, dengan segera para pasukan intelektual ini berubah peran menjadi tentara pelajar. Saat terjadi Agresi Militer Belanda II, Tentara Pelajar Indonesia masuk ke dalam jajaran Brigade 17 TNI di bawah kendali Markas Besar Komando Djawa (MBKD). Meskipun keberadaan Tentara Pelajar secara resmi dibubarkan pada awal 1951, peran aktif pelajar sebagai generasi penerus dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan selamanya. Perjuangan mereka sebagai pelajar dan mahasiswa menunjukkan keberanian dan dedikasi mereka terhadap negara mereka. Mereka membuktikan bahwa mereka bukan hanya generasi muda, tetapi juga generasi yang tangguh dan bersemangat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.