Senyum Palsu dan Luka yang Tak Terlihat **
Di kelas 8, aku mengenal seorang anak bernama Rian. Rian adalah anak yang pendiam, selalu duduk di pojok kelas, dan jarang sekali berinteraksi dengan teman-temannya. Aku sendiri, sebagai anak baru di kelas itu, merasa canggung dan sedikit takut untuk mendekatinya. Suatu hari, saat jam istirahat, aku melihat Rian sedang sendirian di kantin. Dia duduk di meja pojok, makan bekalnya dengan kepala menunduk. Tiba-tiba, beberapa anak laki-laki datang menghampirinya. Mereka mengejek Rian dengan kata-kata kasar, menjatuhkan bekalnya, dan bahkan menendang kursinya. Rian hanya diam, matanya berkaca-kaca, dan bibirnya gemetar. Aku merasa iba melihatnya. Aku ingin mendekat, ingin membantunya, tapi aku takut. Aku takut menjadi sasaran berikutnya. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan, berharap ada orang lain yang berani menolongnya. Kejadian itu berulang beberapa kali. Rian selalu menjadi sasaran bullying, baik di kelas maupun di luar kelas. Aku mulai menyadari bahwa Rian bukan hanya pendiam, tapi dia juga terluka. Luka yang tak terlihat, tapi terasa sangat nyata. Suatu hari, aku memberanikan diri untuk mendekati Rian. Aku mengajaknya ngobrol, dan ternyata Rian adalah anak yang baik hati dan cerdas. Dia hanya merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekolah yang penuh dengan intimidasi. Aku mulai mengajak Rian bergabung dengan kelompokku. Aku memperkenalkan dia kepada teman-temanku, dan ternyata mereka juga baik hati dan menerima Rian dengan tangan terbuka. Sejak saat itu, Rian mulai lebih terbuka dan percaya diri. Dia mulai berinteraksi dengan teman-temannya, dan bahkan ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kisah Rian mengajarkan aku bahwa bullying bukanlah hal yang sepele. Bullying dapat meninggalkan luka yang dalam dan sulit disembuhkan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk mencegah bullying dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua orang. Wawasan:** Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa keberanian untuk melawan bullying tidak selalu berarti harus berhadapan langsung dengan pelaku. Kadang, cukup dengan memberikan dukungan dan persahabatan, kita sudah bisa membantu korban bullying untuk bangkit dan menemukan kekuatan dalam dirinya.