Perjalanan Kesatria India Menuju Kedudukan Mulia sebagai Raja di Indonesi
Kesatria India yang melarikan diri dari tanah airnya menemukan takdirnya sebagai seorang raja di Indonesia. Namun, perjalanan ini tidaklah mudah, karena mereka harus menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu hambatan yang dihadapi oleh kelompok kesatria India adalah pandangan rendah masyarakat terhadap mereka. Masyarakat menganggap bahwa kesatria tidak layak untuk menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Pandangan ini didasarkan pada teori kesatria yang dianggap memiliki derajat terendah dalam sistem kasta Hindu. Namun, teori Brahmana mendukung kebenaran dari ajaran kesatria ini. Selain itu, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha juga menghadapi tantangan. Buku-buku yang menceritakan tentang teori arus balik agama dan kebudayaan Hindu-Buddha tersebar di pedalaman, tidak hanya di pesisir atau pusat kota. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan ini tidak terbatas pada wilayah tertentu. Namun, ada juga hambatan lain yang dihadapi oleh kesatria India dalam perjalanan mereka. Tidak ada buku tertulis yang menceritakan tentang terjadinya kolonisasi. Hal ini menunjukkan bahwa sejarah kolonisasi oleh kesatria India tidak terdokumentasikan dengan baik. Selain itu, ada juga pantangan bagi tokoh agama Hindu untuk menyeberangi lautian. Hal ini menjadi hambatan bagi kesatria India yang ingin menyebarluaskan agama Hindu di Indonesia. Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, kesatria India berhasil mencapai kedudukan mulia sebagai raja di Indonesia. Perjalanan mereka menunjukkan ketekunan dan keberanian dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Dalam kesimpulan, perjalanan kesatria India menuju kedudukan mulia sebagai raja di Indonesia adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan hambatan. Namun, dengan ketekunan dan keberanian, mereka berhasil mengatasi semua rintangan dan mencapai tujuan mereka. Kisah ini menginspirasi kita untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi segala rintangan dalam hidup.