Sore yang Sedih di Meja Kelas 9
Sore itu, suasana di meja kelas 9 terasa sangat sedih. Di tengah ruangan yang sunyi, terdapat seorang siswi bernama Zweta. Dia duduk sendirian di meja belakang, dengan tatapan kosong yang mengisyaratkan kehampaan dalam hatinya. Zweta adalah seorang gadis yang pendiam dan pemalu, tetapi hari ini, kesedihan yang terpancar dari wajahnya jauh lebih dalam dari biasanya. Meja tempat Zweta duduk adalah benda mati yang menjadi saksi bisu dari perasaannya. Meja itu terbuat dari kayu yang sudah tua, dengan goresan-goresan yang menghiasi permukaannya. Di atas meja, terdapat buku-buku dan pulpen yang tergeletak dengan acak, menunjukkan kekacauan dalam pikiran Zweta. Saat itu, teman sebangkunya, Rani, mendekati Zweta dengan hati yang penuh empati. Rani adalah gadis yang ceria dan selalu berusaha membuat orang lain bahagia. Dia duduk di sebelah Zweta dan bertanya dengan lembut, "Zweta, apa yang terjadi? Mengapa kamu terlihat begitu sedih?" Zweta menatap Rani dengan mata yang penuh air mata. "Hari ini, aku mendapat nilai buruk dalam ujian matematika. Aku merasa bodoh dan tidak mampu mengerti pelajaran itu," ucapnya dengan suara yang gemetar. Rani meletakkan tangannya di atas tangan Zweta, memberikan dukungan yang hangat. "Zweta, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Setiap orang memiliki kelemahan dan kesulitan dalam belajar. Yang penting adalah bagaimana kita berusaha untuk memperbaiki diri. Aku yakin kamu bisa mengatasi ini." Zweta mengangguk perlahan, tetapi masih terlihat ragu. Rani melanjutkan, "Ayo, mari kita belajar bersama-sama. Aku akan membantumu memahami pelajaran matematika. Kita bisa menghadapi tantangan ini bersama." Perlahan, senyum mulai muncul di wajah Zweta. Dia merasa terharu dengan kebaikan hati Rani. Mereka berdua menghabiskan sore itu di meja kelas 9, saling membantu dan belajar bersama. Zweta merasa semakin percaya diri dan yakin bahwa dia bisa mengatasi kesulitan dalam pelajaran matematika. Sore itu, di meja kelas 9, suasana yang sedih berubah menjadi kebersamaan dan semangat. Zweta belajar bahwa tidak ada yang mustahil jika kita memiliki teman yang mendukung dan saling membantu. Akhirnya, Zweta dan Rani meninggalkan meja kelas 9 dengan senyuman di wajah mereka. Mereka tahu bahwa mereka telah menemukan kekuatan dalam persahabatan mereka, dan bahwa mereka tidak perlu merasa sendirian dalam menghadapi kesulitan.