Sekolah Terlarang **
** Gerbang besi sekolah itu menjulang tinggi, seakan menandakan sebuah dunia terlarang. Di baliknya, rumor berbisik tentang anak-anak berandalan yang menguasai setiap sudut. Li Jun Che, seorang anak pintar dan pendiam, melangkah masuk dengan jantung berdebar. Tatapan heran menyambutnya, tak ada sapaan, hanya bisikan-bisikan yang tak terdengar. Ia memperkenalkan diri dengan gugup, berharap menemukan sedikit keramahan. Namun, sekolah ini bukanlah tempat untuk keramahan. Zhuxio, seorang pembully yang haus kekuasaan, menjadikan Li Jun Che sebagai sasaran empuk. Setiap hari, ia dan teman-temannya menghujani Li Jun Che dengan ejekan dan kekerasan. Li Jun Che hanya bisa menunduk, menahan rasa sakit dan ketakutan. Suatu hari, saat Zhuxio kembali melancarkan serangannya, Gong Chua, Bae Giao, dan Fu Jichen muncul. Zhuxio, yang berambisi masuk ke geng Gong Chua, mengira ini adalah kesempatan emas. Namun, Fu Jichen, dengan amarah membara, menghantam wajah Zhuxio dengan pukulan keras. Hidung Zhuxio retak, darah segar mengalir deras. Gong Chua, Bae Giao, dan Fu Jichen hanya menatap dingin, tak ada rasa iba. Gong Chua kemudian mengulurkan tangan kepada Li Jun Che, mengajaknya bergabung dengan geng mereka. Awalnya, Li Jun Che menolak, namun ajakan bermain dan obrolan hangat perlahan meluluhkan hatinya. Ia pun menerima tawaran itu, merasakan sedikit kehangatan di tengah dinginnya sekolah terlarang. Namun, takdir berkata lain. Zhuxio, yang tak terima dengan kekalahan dan rasa sakitnya, kembali menyerang Li Jun Che dengan dendam membara. Ia dan gengnya menghajar Li Jun Che tanpa ampun, hingga nyawanya melayang. Gong Chua, Bae Giao, dan Fu Jichen, yang tak terima sahabat mereka dibunuh, membalas dendam dengan kejam. Zhuxio, yang telah melukai sahabat mereka, dilumpuhkan oleh Gong Chua. Sekolah terlarang itu kembali hening, dipenuhi kesedihan dan penyesalan. Kekerasan telah merenggut nyawa, persahabatan telah ternodai. Kisah ini menjadi bukti bahwa di balik gerbang besi sekolah terlarang, tersimpan bahaya yang tak terduga, dan persahabatan pun tak selalu mampu menghentikan arus kekerasan.