Ekspedisi Portugis ke Nusantara dan Perjanjian Dagang dengan Kerajaan Sund
Pada tahun 1453, bangsa Portugis, dipimpin oleh Gubernur Afonso de Albuquerque, memasuki Nusantara, sebuah wilayah yang terdiri dari pulau-pulau di kawasan Indo-Pasifik. Selama periode antara tahun 1511 dan 1526, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi Portugis, dengan Sumatra, Jawa, Banda, dan Maluku sebagai rute maritim dan perdagangan rempah-rempah. Afonso de Albuquerque melakukan ekspedisi ke Nusantara tidak lama setelah diangkat sebagai Gubernur Portugis di India. Sebelumnya, Portugis telah menguasai India dan mendirikan pemerintahan di sana. Mereka juga berhasil menaklukkan Malaka, yang merupakan pusat perdagangan penting pada saat itu. Setelah menguasai Malaka, Portugis mengadakan hubungan dengan Kerajaan Sunda atau Pajajaran, yang merupakan kerajaan Hindu. Kerajaan Sunda dan Portugis menandatangani perjanjian dagang, terutama perdagangan lada. Perjanjian dagang ini kemudian ditulis dalam bentuk dokumen kontrak berupa prasasti yang dikenal dengan Padrao Sunda Kelapa. Padrao ini ditempatkan di atas tanah yang ditunjuk sebagai tempat untuk membangun benteng dan gudang bagi orang Portugis, yang sekarang dikenal sebagai Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I Jakarta Barat. Persekutuan antara Portugis dan Pajajaran kemudian mencemaskan Kesultanan Demak antara tahun 1475 dan 1548. Khawatir akan pendudukan Jawa oleh Portugis, Demak menyerang Portugis. Namun, Portugis berhasil bertahan dan mempertahankan kehadiran mereka di Nusantara selama beberapa abad. Secara keseluruhan, ekspedisi Portugis ke Nusantara dan perjanjian dagang mereka dengan Kerajaan Sunda memiliki dampak yang signifikan pada sejarah regional dan global. Mereka membawa rempah-rempah dan barang-barang lain dari Asia ke Eropa, dan membuka rute maritim baru antara Eropa dan Asia. Mereka juga membantu memperluas pengaruh Portugis di kawasan Indo-Pasifik dan memperkuat posisi mereka sebagai kekuatan maritim dan perdagangan yang kuat.