Tawassul: Sebuah Tradisi Islam yang Bermakna dalam Membangun Hubungan dengan Allah dan Sesama
Tawassul merupakan salah satu praktik spiritual yang telah lama menjadi bagian integral dari tradisi Islam. Konsep ini mengacu pada tindakan mencari kedekatan dengan Allah melalui perantara, baik itu melalui doa, amalan baik, atau memohon syafaat dari orang-orang saleh. Meskipun tawassul telah menjadi subjek perdebatan di kalangan ulama, banyak Muslim memandangnya sebagai cara yang sah dan bermakna untuk memperkuat hubungan mereka dengan Sang Pencipta. Dalam artikel ini, kita akan menyelami makna tawassul, berbagai bentuknya, serta perannya dalam kehidupan spiritual umat Islam.
Memahami Esensi Tawassul dalam Islam
Tawassul berakar dari kata bahasa Arab "wasilah" yang berarti sarana atau perantara. Dalam konteks Islam, tawassul dipahami sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan menggunakan perantara yang diizinkan. Praktik ini didasarkan pada pemahaman bahwa Allah Maha Dekat, namun sebagai hamba, kita terkadang merasa jauh dan membutuhkan "jembatan" untuk menghubungkan diri kita dengan-Nya. Tawassul bukan berarti menyembah atau meminta kepada selain Allah, melainkan memohon kepada Allah melalui perantara yang diyakini memiliki kedekatan khusus dengan-Nya.
Bentuk-bentuk Tawassul yang Dikenal dalam Tradisi Islam
Tawassul memiliki beberapa bentuk yang telah dipraktikkan oleh umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Salah satu bentuk tawassul yang paling umum adalah bertawassul melalui nama-nama dan sifat-sifat Allah. Misalnya, seseorang berdoa, "Ya Allah, dengan nama-Mu Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kabulkanlah doaku." Bentuk lain dari tawassul adalah melalui amal saleh seseorang, seperti berdoa, "Ya Allah, demi keimananku kepada-Mu dan kecintaanku kepada Rasul-Mu, kabulkanlah permintaanku."
Tawassul juga sering dilakukan melalui doa orang-orang saleh yang masih hidup. Praktik ini didasarkan pada keyakinan bahwa doa orang yang dekat dengan Allah lebih mungkin dikabulkan. Selain itu, ada pula tawassul melalui orang-orang saleh yang telah wafat, meskipun bentuk ini lebih kontroversial dan tidak semua ulama menyetujuinya. Beberapa Muslim juga melakukan tawassul melalui ziarah ke makam para wali atau orang suci, dengan harapan mendapatkan berkah dan kedekatan dengan Allah.
Landasan Teologis Tawassul dalam Al-Qur'an dan Hadits
Praktik tawassul memiliki landasan dalam Al-Qur'an dan Hadits. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 35, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." Ayat ini sering ditafsirkan sebagai anjuran untuk mencari wasilah atau perantara dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, diceritakan bahwa Umar bin Khattab pernah bertawassul melalui Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW, ketika memohon hujan. Ini menunjukkan bahwa praktik tawassul telah ada sejak masa sahabat Nabi. Namun, penting untuk dicatat bahwa tawassul harus dilakukan dengan pemahaman yang benar dan tidak menyimpang dari prinsip tauhid dalam Islam.
Kontroversi dan Perbedaan Pendapat Seputar Tawassul
Meskipun tawassul telah lama menjadi bagian dari tradisi Islam, praktik ini tidak lepas dari kontroversi. Beberapa ulama, terutama dari kalangan Salafi, berpendapat bahwa tawassul melalui orang yang telah meninggal atau melalui ziarah kubur dapat mengarah pada syirik atau menyekutukan Allah. Mereka menekankan bahwa doa seharusnya langsung ditujukan kepada Allah tanpa perantara.
Di sisi lain, banyak ulama dari mazhab Sunni tradisional memandang tawassul sebagai praktik yang diperbolehkan selama dilakukan dengan niat yang benar dan pemahaman yang tepat. Mereka berpendapat bahwa tawassul tidak mengurangi keesaan Allah, melainkan merupakan cara untuk menunjukkan kerendahan hati dan mengakui kemuliaan orang-orang yang dekat dengan Allah.
Peran Tawassul dalam Membangun Hubungan dengan Allah dan Sesama
Bagi banyak Muslim, tawassul memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual mereka. Praktik ini dipandang sebagai cara untuk meningkatkan kekhusyukan dalam berdoa dan memperkuat hubungan dengan Allah. Tawassul juga dapat menjadi sarana untuk menghormati dan mengingat orang-orang saleh, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, serta meneladani kebaikan mereka.
Dalam konteks sosial, tawassul dapat memperkuat ikatan komunitas Muslim. Ketika seseorang meminta orang lain untuk mendoakannya atau ketika sekelompok orang berziarah bersama, hal ini dapat mempererat hubungan antar sesama Muslim. Tawassul juga dapat menjadi pengingat akan pentingnya berbuat baik dan menjaga hubungan baik dengan sesama, karena kita tidak pernah tahu melalui siapa doa kita akan dikabulkan oleh Allah.
Tawassul, dengan segala bentuk dan maknanya, tetap menjadi bagian penting dari spiritualitas Islam bagi banyak Muslim di seluruh dunia. Praktik ini mencerminkan kerinduan manusia akan kedekatan dengan Sang Pencipta dan pengakuan akan keterbatasan diri sebagai hamba. Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai beberapa aspeknya, esensi tawassul tetap sama: mencari jalan untuk lebih dekat kepada Allah dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam menjalankan tawassul, yang terpenting adalah menjaga keikhlasan niat, pemahaman yang benar tentang tauhid, dan kesadaran bahwa pada akhirnya, hanya Allah-lah yang Maha Kuasa mengabulkan doa-doa kita.