Sistem Pemerintahan Pada Masa Orde Reformasi
Sistem pemerintahan pada masa orde reformasi di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan ini dapat dilihat dari beberapa aktivitas kenegaraan yang dilakukan pada periode tersebut. Pertama, kebijakan pemerintah memberikan ruang gerak yang lebih luas terhadap hak-hak untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran. Hal ini tercermin dalam dikeluarkannya Undang-Undang No 22/1999 tentang partai politik yang memungkinkan adanya multi partai. Dengan adanya undang-undang ini, masyarakat memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan pikiran mereka secara lisan maupun tulisan. Kedua, upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan bertanggung jawab juga dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan dikeluarkannya ketetapan MPR No IX/MPR/1998 yang kemudian ditindaklanjuti dengan Undang-Undang No 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dengan adanya undang-undang ini, pemerintah berkomitmen untuk memberantas korupsi dan menjaga integritas pemerintahan. Ketiga, lembaga MPR juga berani mengambil langkah-langkah politis melalui sidang tahunan. Mereka menuntut adanya laporan pertanggungjawaban tugas lembaga negara, melakukan amandemen terhadap UUD 1945, memisahkan jabatan pimpinan MPR dan DPR, serta berani memecat presiden dalam sidang istimewa. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa lembaga MPR memiliki peran yang kuat dalam menjaga keseimbangan kekuasaan di negara. Terakhir, dengan adanya amandemen UUD 1945, masa jabatan presiden dibatasi maksimal dua kali masa jabatan. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu. Pemilihan presiden dan wakil presiden pertama yang dilakukan secara langsung oleh rakyat terjadi pada tahun 2004, dengan terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Selain itu, amandemen UUD 1945 juga menegaskan bahwa sistem pemerintahan presidensial tetap dipertahankan dan diperkuat. Dalam kesimpulan, sistem pemerintahan pada masa orde reformasi di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan ini terlihat dari kebijakan pemerintah yang memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat dan pikiran, upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab, langkah-langkah politis yang diambil oleh lembaga MPR, serta amandemen UUD 1945 yang membatasi masa jabatan presiden dan memperkuat sistem pemerintahan presidensial. Semua perubahan ini bertujuan untuk menciptakan pemerintahan yang lebih demokratis dan transparan di Indonesia.