Keberanian Ria Menghadapi Suntikan **
** Matahari sore menerobos jendela kamar Ria, menerangi wajah mungilnya yang pucat. Demam yang melanda Ria sejak pagi membuat tubuhnya lemas dan sering muntah. Shani, sang kakak, dengan setia menjaganya, mengusap lembut kening Ria yang terasa panas. "Ria, sayang, kita ke dokter ya? Biar cepat sembuh," ujar Shani lembut. Ria hanya menggeleng lemah. Ia tak ingin pergi ke dokter, apalagi disuntik. Ketakutannya pada jarum suntik sudah tertanam kuat di benaknya. Shani memanggil bodyguard-nya, meminta mereka menyiapkan mobil. Di perjalanan menuju klinik, Shani berusaha menghibur Ria dengan cerita-cerita lucu. Namun, saat dokter menyarankan suntikan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh Ria, air mata Ria langsung bercucuran. "Tidak mau disuntik! Nggak mau!" teriak Ria sambil meronta-ronta. Shani panik. Ia tahu Ria sangat takut disuntik. Ia memanggil kedua bodyguard-nya untuk mengalihkan perhatian Ria. Mereka bernyanyi, bercerita, dan bermain bersama Ria hingga Ria lupa dengan rasa takutnya. Akhirnya, Ria pun mau disuntik. Ia memeluk erat Shani, matanya terpejam erat. Setelah suntikan selesai, Ria merasa lega. Ia tersenyum lebar, rasa takutnya perlahan menghilang. "Lihat, Ria hebat! Kamu berani disuntik," puji Shani sambil mengelus rambut Ria. Ria mengangguk, matanya berbinar. Ia merasa bangga karena telah berani menghadapi rasa takutnya. Shani tersenyum, lega melihat Ria kembali ceria. Ia tahu, Ria akan segera sembuh dan kembali bersemangat.