Keajaiban Keraton: Pusat Kekuasaan dan Budaya dalam Islam
Keraton, sebagai tempat tinggal sultan dan pusat pemerintahan, memiliki peran penting dalam sejarah Islam. Contoh yang terkenal adalah Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Pada zaman Islam kuno, keraton umumnya dibangun di tempat yang tinggi dan dikelilingi oleh bangunan kijing serta diberi cungkup. Selain itu, keraton juga memiliki makam-makam yang dikelilingi oleh tembok atau gapura yang menghubungkan makam-makam tersebut. Kompleks makam ini menjadi contoh nyata dari keberagaman seni ukir hias pada zaman Islam. Seni ukir hias ini terutama ditemukan di makam-makam, sementara di masjid hanya terdapat mimbar saja. Selain seni ukir hias, seni kaligrafi atau menulis indah huruf Arab juga berkembang pesat pada zaman Islam dan masih terus dilestarikan hingga saat ini. Kaligrafi menjadi bagian penting dalam seni Islam dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Selain seni, sastra juga berkembang pada zaman Islam. Sastra Islam meliputi berbagai jenis karya, seperti cerita atau dongeng, babad yang berkaitan dengan sejarah, dan karya-karya yang mengandung ajaran tasawuf. Selain itu, zaman Islam juga menciptakan kalender yang unik. Contohnya adalah kalender ciptaan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang merupakan penggabungan antara kalender Islam dan Jawa. Sultan Agung melakukan beberapa perubahan pada kalender tersebut, seperti mengganti nama-nama bulan dengan Sura dan Ramadha. Perubahan ini dimulai pada 1 Muharam tahun 1043 H atau setara dengan 8 Agustus 1633. Selain itu, berbagai pertunjukan juga berkembang pada zaman Islam. Contohnya adalah debus, tari zapin, dan pertunjukan wayang. Pertunjukan-pertunjukan ini awalnya berasal dari budaya sebelumnya namun kemudian disesuaikan dengan nilai-nilai Islam, misalnya dalam acara nyadran, sekaten, halalbihalal, dan lain-lain. Dengan keberagaman budaya dan seni yang berkembang pada zaman Islam, keraton menjadi pusat kekuasaan dan budaya yang memperkaya warisan budaya Indonesia. Keajaiban-keajaiban ini terus dilestarikan dan menjadi saksi bisu dari kebesaran Islam di masa lalu.