Bayangan Ketakutan di Balik Tawa Anak-Anak **
Senja menyapa dengan lembut, menyapa keluarga Argantara dan Veranda yang tengah menikmati kebersamaan di ruang keluarga. Tawa riang Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine memenuhi ruangan, menciptakan suasana hangat dan penuh keceriaan. Namun, suasana itu berubah drastis saat tangisan Lia dan Sila memecah keheningan. Argantara dan Veranda langsung terburu-buru menghampiri kedua putri bungsunya. Wajah Lia dan Sila memerah, mata mereka berkaca-kaca, dan bibir mereka gemetar. "Ada apa, sayang?" tanya Veranda dengan lembut, berusaha menenangkan kedua putrinya. Dengan suara terbata-bata, Lia dan Sila menceritakan pengalaman buruk mereka di sekolah. Mereka di-bully oleh teman-temannya. Kata-kata kasar, ejekan, dan tindakan yang menyakitkan membuat hati mereka terluka. Ketakutan dan rasa tidak nyaman menyelimuti mereka. "Lia dan Sila tidak mau sekolah lagi, Papa," ucap Lia dengan suara lirih. Argantara dan Veranda saling berpandangan. Rasa khawatir dan kecewa memenuhi hati mereka. Mereka tidak pernah membayangkan anak-anak mereka harus menghadapi perlakuan buruk seperti itu. "Tenang, sayang. Papa dan Mama akan mencari tahu apa yang terjadi," ujar Argantara dengan tegas. Argantara langsung memanggil keenam putrinya yang sedang berada di kamar lantai dua. Ia ingin mendengar langsung cerita dari anak-anaknya. Ia ingin memastikan bahwa mereka merasa aman dan terlindungi. Wawasan:** Kisah Lia dan Sila mengingatkan kita bahwa bullying adalah masalah serius yang dapat berdampak buruk pada anak-anak. Bullying tidak hanya menyakiti fisik, tetapi juga mental dan emosional. Sebagai orang tua, kita harus peka terhadap perubahan perilaku anak-anak kita dan memberikan dukungan penuh kepada mereka.