Kisah Aini: Teman yang Berbakat dan Bersemangat
Sekolah kami selalu kekurangan guru, tetapi suatu hari, kami bertemu dengan Pak Rusdi, seorang guru yang sangat berbakat dan bersemangat. Dia melihat kami bermain drama dan menunjukkan bakat kami. Kami bermain meniru sandiwara keliling di balai desa, dan dia memberikan cerita tentang istri yang tidak lagi mencintai suaminya. Kami semua sangat terlibat dan menikmati pertunjukan itu. Suatu malam, kami menampilkan pertunjukan di balai desa kami, dan salah satu anggota rombongan sandiwara keliling sakit demam dan tidak bisa bermain. Pemimpin rombongan sandiwara keliling mencari pemain pengganti, tetapi tidak bisa menemukan satu pun. Sopir angkutan antarkota yang melewati kampung kami membawa pesan dari teman mereka di kota Petang, tetapi tidak bisa menemukan pemain pengganti. Saya berbicara dengan teman saya Aini dan mengusulkan agar dia menggantikan anggota rombongan sandiwara keliling yang sakit. Awalnya, dia ragu, tetapi saya meyakinkannya bahwa dia bisa melakukannya. Aini adalah anak bendahara desa dan teman sekelas saya. Dia bernyanyi dengan sangat baik dan suka bernyanyi. Kami semua menunggu gilirannya bernyanyi, dan kami suka melihatnya bernyanyi. Aini juga bekerja sebagai petugas penjaga karcis tiap malam, dan sebagian uang karcis menjadi milik desa. Balai desa kami juga difungsikan sebagai bioskop, dan Aini juga bekerja sebagai penjaga loket tiket saat ada pemutaran film. Aini adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dan semua saudaranya perempuan. Mereka semua manis-manis seperti ibunya, tetapi ibunya Aini sangat galak. Kami semua takut sama ibunya. Tanpa menunggu persetujuan Aini, saya mengusulkan agar dia menggantikan anggota rombongan sandiwara keliling yang sakit. Pemimpin rombongan sandiwara keliling sangat senang, dan Aini langsung setuju. Dia telah bermain bersama kami di halaman balai desa sejak tadi, dan kami semua sangat senang memiliki dia sebagai bagian dari pertunjukan. Kami menonton pertunjukan bersama-sama, dan Aini meniru mimik dan seperti mengikuti dialog para pemain. Kami yang tidak punya uang untuk membeli tiket menonton dari celah dinding papan di belakang balai desa. Kami lebih sering menonton Aini daripada pertunjukan itu sendiri. Itu adalah pengalaman yang tak terlupakan, dan kami semua sangat bersyukur memiliki Aini sebagai teman dan bagian dari rombongan sandiwara keliling kami.