Konfrontasi Indonesia dan Perjuangan Pembebasan Irian Barat
Pada tanggal 16 September 1963, Federasi Malaysia secara resmi diproklamirkan. Namun, keputusan ini tidak diterima dengan baik oleh Indonesia, yang kemudian mengambil kebijakan konfrontasi terhadap Malaysia. Pada tanggal 17 September 1963, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia pun terputus. Pada tanggal 3 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang berisi tiga poin penting. Pertama, Dwikora bertujuan untuk memperkuat ketahanan revolusi Indonesia. Kedua, Indonesia berkomitmen untuk membantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan Brunei dalam memerdekakan diri mereka dan menggagalkan negara boneka Malaysia. Dan ketiga, Dwikora juga menekankan pentingnya pembebasan Irian Barat. Sejak tahun 1954, Indonesia telah berupaya mendapatkan Irian Barat dari Belanda melalui diplomasi bilateral. Namun, upaya ini tidak berhasil dan setiap tahun persoalan Irian Barat dibawa ke sidang Majelis Umum PBB tanpa mendapatkan tanggapan positif. Akhirnya, Indonesia memutuskan untuk mengambil sikap keras melalui konfrontasi total terhadap Belanda. Beberapa tindakan yang diambil Indonesia dalam konfrontasi ini antara lain, pada tahun 1956, Indonesia membatalkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) dan membubarkan Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Pada 17 Agustus 1960, Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda dan memecat seluruh warga negara Belanda. Selain itu, Indonesia juga membentuk provinsi Irian Barat dengan ibu kota di Suastu (Tidore) untuk menandingi pembentukan negara Papua oleh Belanda. Puncak dari konfrontasi Indonesia terhadap Belanda terjadi saat Presiden Soekarno mengumandangkan Trikora (Trikomando Rakyat). Trikora bertujuan untuk menggagalkan pembentukan negara boneka Papua oleh Belanda, mengibarkan merah putih di Irian Barat sebagai tanah air Indonesia, dan memobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa. Setelah terlaksananya Trikora, Belanda akhirnya bersedia duduk pada meja perundingan untuk menyelesaikan sengketa Irian Barat. Pada tanggal 15 Agustus 1962, ditandatangani Perjanjian New York yang menandai berakhirnya kekuasaan Belanda atas Irian Barat pada tanggal 1 Oktober 1962. Selanjutnya, Irian Barat akan berada di bawah perwalian PBB melalui Lembaga UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) hingga tanggal 1 Oktober 1963. Kesimpulan: Konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia dan perjuangan pembebasan Irian Barat merupakan periode penting dalam sejarah Indonesia. Melalui kebijakan konfrontasi dan Trikora, Indonesia berhasil memperoleh perhatian dunia internasional dan akhirnya mendapatkan Irian Barat dari Belanda. Meskipun konfrontasi ini berakhir dengan penyelesaian damai, perjuangan ini menunjukkan tekad dan semangat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air.