Kacau Banget! Pagi yang Meriah di Rumah Si "Kocak" Elia dan Bagas\x0a\x0a**
**
Mentari pagi menyapa dengan hangat, menyapa keluarga kecil Elia dan Bagas yang sudah dipenuhi hiruk pikuk sejak matahari terbit. Aksa, si bungsu berusia 1 tahun 4 bulan, merangkak dengan semangat, menjelajahi setiap sudut rumah. Diego, si anak kedua yang berusia 2 tahun, sibuk menghancurkan menara lego yang baru saja dibangunnya. Dimas, si anak ketiga berusia 3 tahun, asyik bermain air di kamar mandi, membuat percikan air yang menggenangi lantai. Mira, si anak kedua berusia 5 tahun, menangis tersedu-sedu karena terjatuh saat bermain. Erik, si anak sulung berusia 7 tahun, masih terlelap dalam mimpi indahnya, tak menyadari bahwa hari sekolah sudah dimulai.
Elia, sang ibu, sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Aroma masakan yang menggugah selera tercium hingga ke ruang tamu. Namun, kesibukannya terganggu oleh suara tangisan Mira dan suara gemercik air dari kamar mandi. Belum lagi, Aksa yang merangkak ke arahnya, berusaha meraih sendok yang tergeletak di meja.
"Aksa, jangan! Nanti masuk mulut!" seru Elia, sambil berusaha menyingkirkan Aksa.
Di luar rumah, suara tetangga yang sedang bergosip terdengar jelas. "Lho, Elia, kok hamil lagi? Kan udah lima anak?" tanya Bu Tuti, tetangga sebelah rumah.
"Iya, Bu. Rezeki anak, ya, Bu. Semoga lancar persalinannya," jawab Elia sambil tersenyum.
Suara tukang sayur yang berteriak memanggil pembeli semakin menambah ramai suasana pagi di rumah Elia dan Bagas. Bagas, sang suami, baru saja keluar dari kamar mandi, bersiap untuk berangkat kerja.
"Sayang, aku berangkat dulu, ya. Kamu hati-hati di rumah," ucap Bagas sambil mencium kening Elia.
"Iya, Mas. Hati-hati di jalan," jawab Elia.
Bagas pun bergegas keluar rumah, meninggalkan Elia yang harus menghadapi "medan perang" pagi ini.
"Erik, bangun! Sekolah telat, nanti dimarahin Bu Guru!" teriak Elia.
Erik pun terbangun dengan malas, mengucek matanya. "Mama, aku ngantuk," rengeknya.
"Nggak boleh ngantuk, Erik. Cepat mandi dan makan!" tegas Elia.
Hari ini, Elia harus berjuang keras untuk mengurus anak-anaknya yang penuh semangat dan penuh kejutan. Namun, di balik kekacauan itu, terpancar kebahagiaan dan keceriaan yang tak ternilai. Elia dan Bagas, pasangan kocak dan somplak ini, selalu menemukan cara untuk menghadapi setiap tantangan dengan penuh canda dan tawa. Mereka adalah bukti bahwa keluarga adalah sumber kebahagiaan yang tak tergantikan, meskipun dipenuhi dengan kekacauan dan kesibukan.