Upaya Pemerintah Pusat dalam Mengatasi Pemberontakan RMS
Pada tahun 1950, pemerintah pusat Indonesia menghadapi pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) yang berusaha memisahkan diri dari Indonesia. Dalam upaya untuk mengatasi pemberontakan ini, pemerintah pusat melakukan beberapa langkah strategis. Langkah pertama yang diambil adalah mengirim Dr. Leimena untuk bernegosiasi dengan para pemimpin RMS dan mencari solusi damai. Namun, upaya ini tidak berhasil dan pemberontakan terus berlanjut. Oleh karena itu, pemerintah pusat kemudian memutuskan untuk mengirim ekspedisi militer di bawah kepemimpinan A.E. Kawilarang. Pada tanggal 14 Juli 1950, pasukan APRIS/TNI tiba di Pulau Laha, Pulau Buru. Dengan perjuangan yang besar, pasukan APRIS berhasil menduduki pos-pos penting di Pulau Buru dan melanjutkan perjalanan mereka ke Pulau Seram. Namun, di Pulau Seram, pasukan APRIS mengalami kesulitan besar karena RMS telah memusatkan pasukannya di sana. Akibatnya, banyak korban jiwa yang jatuh dalam pertempuran ini. Setelah berhasil menguasai Pulau Seram, pasukan APRIS mengarahkan serangan mereka ke Ambon, yang merupakan basis utama dari RMS. Namun, situasi di Ambon tidak stabil setelah Konferensi Meja Bundar. Masa peralihan ini menyebabkan kekacauan dan pasukan APRIS harus berjuang keras untuk menguasai kota ini, meskipun dengan banyak korban. Pemberontakan RMS muncul karena adanya perpecahan di masyarakat Ambon antara mereka yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mereka yang ingin tetap bergabung dengan Republik Indonesia. Kelompok federalis yang mendukung Belanda juga ikut campur dalam konflik ini. Dalam menghadapi pemberontakan RMS, pemerintah pusat Indonesia telah melakukan upaya yang beragam. Meskipun beberapa langkah tidak berhasil, mereka terus berjuang untuk mengatasi pemberontakan ini dan mempertahankan integritas wilayah Indonesia.