Persekongkolan dan Perselingkuhan Negara dan Antek-Anteknya di Tanah Papua: Analisis Menggunakan Istilah Beelzebul
Persekongk perselingkuhan yang dilakukan oleh negara dan antek-anteknya di tanah Papua telah menimbulkan kerusakan hutan yang luas dan mengancam kehidupan manusia serta alam. Dalam artikel ini, kita akan menganalisis persekongkolan dan perselingkuhan ini dengan menggunakan istilah Beelzebul, yang merupakan nama lain dari Setan dalam demonologi Kristen. Beelzebul, yang berasal dari bahasa Ibrani Ba’al zĕbhūbh dan bahasa Yunani Baal-Zebub, merupakan dewa kesuburan bangsa Kanaan dalam Perjanjian Lama. Dalam manuskrip Yahudi, Beelzebul dikenal sebagai sosok yang identik dengan seekor lalat atau serangga terbang. Dalam kalangan Kristen, Beelzebul dikenal sebagai salah satu tujuh setan mematikan atau tujuh pangeran Neraka yang selalu identik dengan kerakusan dan iri hati. Dalam konteks persekongkolan dan perselingkuhan di tanah Papua, negara dan antek-anteknya tampaknya lebih peduli pada kelestarian para investor asing dan kroninya daripada kelestarian kehidupan manusia dan alam. Hal ini menunjukkan adanya ketidakadilan dan ketidakpedulian terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembangunan perkebunan tebu yang menghabiskan hutan berhektar-hektar. Dengan menggunakan istilah Beelzebul, kita dapat menggambarkan persekongkolan dan perselingkuhan ini sebagai tindakan yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab. Beelzebul, sebagai sosok yang identik dengan kerakusan dan iri hati, mencerminkan sifat-sifat negatif yang ditunjukkan oleh negara dan antek-anteknya dalam mengelola sumber daya alam di tanah Papua. Untuk mengatasi persekongkolan dan perselingkuhan ini, diperlukan tindakan yang tegas dan adil. Negara harus memprioritaskan kelestarian kehidupan manusia dan alam di tanah Papua daripada kepentingan para investor asing dan kroninya. Selain itu, masyarakat dan organisasi masyarakat harus aktif terlibat dalam pengawasan dan pengendalian tindakan negara dan antek-anteknya. Dengan demikian, kita dapat mengatasi "keintiman" persekongkolan dan perselingkuhan mereka demi keselamatan manusia dan alam di tanah Papua. Dengan menggunakan istilah Beelzebul, kita dapat menggambarkan tindakan negara dan antek-anteknya sebagai tindakan yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab, dan mengingatkan akan pentingnya keadilan dan tanggung jawab dalam mengelola sumber daya alam.