Paradigma Positivisme dalam Penelitian: Pendekatan Deduktif
Paradigma positivisme adalah pendekatan filosofis yang percaya bahwa realitas dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkret, teramati, terukur, dan bahwa hubungan antara gejala bersifat sebab-akibat. Dalam penelitian, pendekatan positivisme sering digunakan untuk menjelaskan fenomenaui pengamatan dan pengukuran. Pendekatan ini memandang bahwa penelitian harus dilakukan pada populasi atau sampel yang mewakili populasi. Proses penelitian dalam paradigma positivisme bersifat deduktif, di mana hipotesis diuji melalui pengujian empiris. Hipotesis dihasilkan dari konsep atau teori yang ada, dan kemudian diuji melalui pengamatan dan pengukuran. Jika hipotesis didukung oleh bukti, maka dianggap benar. Jika tidak, maka hipotesis dibantah dan hipotesis baru dihasilkan. Pendekatan positivisme dalam penelitian memiliki beberapa keuntungan. Pertama, pendekatan ini memungkinkan untuk pengujian hipotesis melalui pengamatan dan pengukuran, yang dapat memberikan hasil yang dapat diandalkan dan faktual. Kedua, pendekatan ini memungkinkan untuk pengujian hipotesis melalui pengujian empiris, yang dapat membantu memvalidasi atau membantah hipotesis. Namun, pendekatan positivisme juga memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, pendekatan ini dapat mengabaikan faktor-faktor non-empiris yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Kedua, pendekatan ini dapat mengabaikan perspektif dan peng subjektif yang dapat memberikan wawasan yang berharga. Secara keseluruhan, paradigma positivisme dalam penelitian adalah pendekatan yang kuat yang dapat memberikan hasil yang dapat diandalkan dan faktual. Namun, penting untuk mengakui keterbatasannya dan menggabungkan pendekatan lain untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang fenomena yang diteliti.