Senja Berlumuran Darah di Istana **
Mentari senja mulai meredup, menyapa langit dengan warna jingga kemerahan. Di taman istana, Putri Shani tengah berlatih memanah. Keterampilannya sudah terasah, anak panah melesat tepat sasaran. Namun, ketenangan latihannya sirna saat teriakan histeris Putri Ria memecah kesunyian. Putri Shani berlari cepat menuju sumber suara. Di sana, ia mendapati adiknya terkapar di tanah, darah segar mengalir deras dari luka di lengannya. Mata Putri Ria terpejam, wajahnya pucat pasi. "Siapa yang berani menyerangmu, Ria?" tanya Putri Shani dengan suara bergetar. Putri Ria membuka matanya perlahan, pandangannya kabur. "Seorang pria... dia berpakaian seperti rakyat Inggris... dia berkata... dia membenciku..." Putri Shani langsung bereaksi. Ia tahu, permusuhan antara kerajaan mereka dan Inggris sudah berlangsung lama. Namun, ia tak menyangka permusuhan itu akan sampai menyerang adiknya. Dengan langkah cepat, Putri Shani menuju ke ruang singgasana. Ia melaporkan kejadian tersebut kepada Raja dan Ratu. Wajah mereka langsung berubah muram. "Kita harus segera mencari tahu siapa pelakunya dan menghukumnya!" tegas Raja. Putri Shani mengangguk. Ia bertekad untuk melindungi adiknya dan mengungkap kebenaran di balik serangan ini. Senja itu, istana yang biasanya dipenuhi tawa dan keceriaan, kini diselimuti kesedihan dan ketegangan. Catatan:** * Cerita ini berfokus pada serangan terhadap Putri Ria dan reaksi Putri Shani. * Tidak ada unsur kekerasan yang berlebihan. * Gaya penulisan naratif dengan fokus pada emosi dan suasana. * Cerita ini dapat dihubungkan dengan realitas siswa, yaitu tentang persahabatan, keberanian, dan keadilan.