Perlakuan Akuntansi Repo di Lehman Brothers: Risiko dan Potensi Salah Saji
Pada tahun 2007, pasar Repo mengalami pertumbuhan yang signifikan di Amerika dan Eropa, dengan jumlah Repo yang beredar mencapai hampir $11 triliun. Lehman Brothers, seperti perusahaan sejenis di Wall Street, menggunakan Repo sebagai alat untuk menyediakan likuiditas dan pendanaan jangka pendek. Transaksi Repo standar dilakukan dalam dua tahap. Pertama, Lehman meminjam kas menggunakan asset yang ada di neracanya sebagai jaminan. Nilai asset yang dijaminkan setara dengan jumlah yang dipinjam ditambah haircut. Namun, Lehman Brothers menggunakan haircut yang lebih tinggi daripada transaksi Repo pada umumnya, yaitu 5% atau 8%. Justifikasi transaksi ini sebagai penjualan sesuai dengan intepretasi SFAS 140. Namun, para pembaca laporan keuangan tidak mengetahui bahwa Lehman terlibat dalam transaksi Repo 150. Tidak ada indikasi di laporan keuangan bahwa Lehman memiliki kewajiban untuk membeli kembali sekuritas senilai puluhan miliar dolar dalam waktu dekat. Proses perlakuan akuntansi Repo di Lehman Brothers dimulai dengan mentransfer persediaan sekuritas kepada kreditur repo dengan ganti kas sebesar 50 juta dolar. Nilai sekuritas yang ditransfer adalah 52,5 juta dolar dengan haircut sebesar 5%. Kemudian, Lehman membayar 50 juta dolar ditambah bunga kepada kreditur repo, dan kreditur repo mengembalikan persediaan sekuritas. Pada tahun 2001, Ernst & Young (E&Y), yang bekerja sama dengan Lehman sejak 1994, menyetujui transaksi Repo 150. Lehman kemudian memasukkan miliaran dolar obligasi pemerintah Amerika dalam transaksi Repo. Pada tahun 2006, E&Y mulai khawatir bahwa Repo 150 dapat menyebabkan risiko reputasi bagi Lehman. Lehman bahkan mengatur batas nilai Repo sebesar 20 miliar atau 30 miliar dolar. Namun, pada tahun 2007, Lehman melebihi batas tersebut, dan pada tahun 2008, transaksi Repo 105 mencapai 50,38 miliar dolar. Sebagai tim auditor, penting untuk mengidentifikasi risiko dan potensi kesalahan dalam perlakuan akuntansi Lehman terkait Repo. Dengan memahami risiko ini, dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk menghindari kesalahan dalam pelaporan keuangan dan menjaga integritas perusahaan. Kesimpulan: Perlakuan akuntansi Repo di Lehman Brothers menimbulkan risiko dan potensi kesalahan dalam pelaporan keuangan. Transaksi Repo 150 dan Repo 105 tidak diungkapkan dengan jelas dalam laporan keuangan, menyebabkan ketidaktransparanan dan ketidakpastian bagi para pembaca laporan keuangan. Sebagai tim auditor, penting untuk mengidentifikasi risiko ini dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan integritas pelaporan keuangan perusahaan.