Peningkatan Populasi Ternak Sapi di Indonesia: Kebijakan dan Tantangan
Pengembangan potensi bidang peternakan di Indonesia merupakan salah satu bagian penting dalam program pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena pemenuhan kebutuhan pangan protein hewani asal ternak yang selalu mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan kesadaran masyarakat akan makanan bergizi, serta perbaikan tingkat ekonomi masyarakat. Saat ini, terjadi ketidakseimbangan antara tingkat permintaan produk protein hewani asal ternak, khususnya daging dan susu sapi, dengan produksi. Berdasarkan kenyataan tersebut, pemerintah telah ditempuh berbagai kebijakan dalam upaya peningkatan populasi ternak sapi di Indonesia, termasuk Sapi Bali. Beberapa kebijakan yang telah dilaksanakan antara lain adalah Kebijakan Perlindungan dan Pelarangan Pemotongan Betina Produktif, Kawasan Industri Peternakan (KINAK), Peningkatan Kualitas Bibit dan Penyebaran Bibit Unggul, Pemberdayaan Intensifikasi Kawin Alam (INKA), Peningkatan Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (GBIB), Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (UPSUS SIWAB), Pemanfaatan Pulau-Pulau Terluar/Kosong untuk Pengembangan Kawasan Peternakan, Integrasi Tanaman-Sapi (Kelapa-Sapi: Sawit-Sapi), dan program terbaru yaitu SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditi Andalan Negeri) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 17 Tahun 2020. Program ini merupakan reinkarnasi dari Program UPSUS SIWAB dan bertujuan untuk peningkatan komoditas sapi dan kerbau lokal pada masing-masing daerah, menuju pencapaian Program Swasembada Daging Sapi Nasional (PSDSN). Dalam upaya mendukung program PSDSN tersebut, kebijakan pola pembangunan peternakan di Maluku mengacu pada konsep tata ruang wilayah dengan tetap memperhatikan potensi-potensi spesifik pada masing-masing gugus pulau. Peningkatan produk menjadi sasaran utama dalam upaya mencapai swasembada daging sapi. Meskipun telah dilakukan berbagai kebijakan, masih terdapat tantangan dalam peningkatan populasi ternak sapi di Indonesia. Beberapa tantangan tersebut antara lain adalah keterbatasan lahan untuk pengembangan peternakan, kurangnya akses ke teknologi dan sumber daya manusia yang terampil, serta perubahan iklim yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Dalam menghadapi tantangan ini, perlu adanya sinergi antara pemerintah, peternak, dan pihak terkait lainnya. Pemerintah perlu terus mendorong inovasi dan pengembangan teknologi dalam bidang peternakan, serta memberikan dukungan keuangan dan pelatihan kepada peternak. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi produk ternak lokal dan mendukung program-program pemerintah dalam upaya mencapai swasembada daging sapi. Dengan adanya kebijakan yang tepat dan sinergi antara semua pihak terkait, diharapkan populasi ternak sapi di Indonesia dapat terus meningkat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan protein hewani asal ternak yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perbaikan tingkat ekonomi masyarakat.