Senyap di Balik Pintu **
** Cahaya senja merembes masuk melalui celah tirai, menerangi debu yang menari-nari di udara. Di tengah ruangan yang sunyi, hanya terdengar suara detak jam dinding yang berdetak pelan, seolah menyapa kesunyian yang menyelimuti hati Rara. Hari ini, Rara memilih untuk mengurung diri di kamar. Teman-temannya, yang biasanya selalu ada untuknya, telah pergi. Mereka berencana untuk berlibur ke pantai, sebuah rencana yang sudah mereka susun sejak lama. Namun, Rara memilih untuk tidak ikut. "Aku tidak ingin ikut," katanya dengan suara pelan, saat teman-temannya mengajaknya. "Kenapa, Ra? Kamu kan suka pantai?" tanya Sarah, salah satu temannya. Rara hanya menggeleng. "Aku tidak tahu. Aku hanya merasa tidak ingin pergi." Rara tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya dia rasakan. Dia merasa kosong, hampa. Dia tidak tahu apa yang ingin dia lakukan dengan hidupnya. Dia merasa seperti sedang tersesat di tengah lautan luas, tanpa arah dan tujuan. "Mungkin kamu sedang lelah," kata Sarah, mencoba memahami. "Istirahatlah dulu, nanti kamu pasti akan merasa lebih baik." Rara hanya mengangguk, meskipun dalam hatinya, dia tahu bahwa istirahat tidak akan menyelesaikan masalahnya. Dia membutuhkan sesuatu yang lebih, sesuatu yang bisa memberinya arah dan tujuan dalam hidup. Di dalam kamarnya, Rara menatap langit senja yang mulai memerah. Dia teringat saat-saat indah yang pernah dia lalui bersama teman-temannya. Dia teringat saat-saat mereka tertawa bersama, berbagi cerita, dan saling mendukung. "Apakah aku akan selalu merasa seperti ini?" gumamnya dalam hati. Rara merasa sedih, tapi dia juga merasa lega. Lega karena dia akhirnya bisa jujur pada dirinya sendiri. Dia tidak perlu berpura-pura bahagia, tidak perlu berpura-pura kuat. Dia bisa menangis, dia bisa merasa sedih, dia bisa merasa kosong. Dia tahu bahwa dia tidak sendirian. Banyak orang di luar sana yang juga merasakan hal yang sama. Dia tahu bahwa dia akan menemukan jalannya, dia akan menemukan tujuan hidupnya. Malam semakin larut. Rara masih terduduk di dekat jendela, menatap langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Dia merasa tenang, meskipun kesedihan masih terasa. Dia tahu bahwa dia harus memulai dari dirinya sendiri, dia harus menemukan apa yang sebenarnya dia inginkan. "Aku akan menemukan jalannya," bisiknya pelan, sambil tersenyum. Senyum yang penuh harap, senyum yang menandakan bahwa dia siap untuk memulai perjalanan baru, perjalanan untuk menemukan dirinya sendiri.