Sikap Gereja Terhadap Pesta Ulang Tahun yang Dimeriahkan dengan Pesta Por
Pesta ulang tahun adalah momen yang dirayakan oleh banyak orang sebagai bentuk syukur atas bertambahnya usia mereka. Namun, seringkali pesta ulang tahun ini diwarnai dengan pesta pora, yang jauh dari nilai-nilai agama dan moral. Meskipun pada awalnya dimulai dengan ibadah syukur bersama anggota jemaat, tetapi budaya pesta pora masih menjadi bagian dari perayaan ulang tahun hingga saat ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana sikap gereja terhadap budaya tersebut? Dalam menjawab pertanyaan ini, gereja memiliki beberapa sikap yang dapat diambil. Pertama, ada gereja yang memilih untuk tidak ikut campur dalam perayaan ulang tahun yang dimeriahkan dengan pesta pora. Mereka berpendapat bahwa perayaan ulang tahun adalah acara keluarga dan bukan ranah gereja untuk ikut campur. Meskipun demikian, gereja tetap mendorong anggotanya untuk tetap menjaga nilai-nilai agama dan moral dalam perayaan tersebut. Sikap kedua yang dapat diambil oleh gereja adalah melayani ibadah syukur dalam perayaan ulang tahun, namun menolak hal-hal yang menentang ajaran Alkitab. Gereja yang mengambil sikap ini berusaha untuk memberikan pelayanan rohani kepada anggotanya dalam perayaan ulang tahun, namun tetap berpegang pada prinsip-prinsip agama yang mereka anut. Mereka menolak segala bentuk pesta pora dan mengajak anggota jemaat untuk tetap fokus pada ibadah syukur. Sikap ketiga yang dapat diambil oleh gereja adalah mengacuhkan kebiasaan pesta pora dalam perayaan ulang tahun. Gereja yang mengambil sikap ini berpendapat bahwa kebiasaan tersebut sulit diubah karena sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Meskipun demikian, gereja tetap berusaha untuk memberikan pengajaran dan pemahaman kepada anggotanya tentang pentingnya menjaga nilai-nilai agama dan moral dalam perayaan ulang tahun. Sikap terakhir yang dapat diambil oleh gereja adalah mengikuti kebiasaan yang sudah menjadi budaya masyarakat agar gereja diterima. Gereja yang mengambil sikap ini berpendapat bahwa dengan mengikuti kebiasaan pesta pora dalam perayaan ulang tahun, gereja dapat lebih diterima oleh masyarakat dan memiliki pengaruh yang lebih besar. Meskipun demikian, gereja tetap berusaha untuk menjaga nilai-nilai agama dan moral dalam perayaan tersebut. Namun, ada juga gereja yang memilih untuk melarang ucapan syukur ulang tahun dan tidak melayani permintaan ibadah syukur. Gereja yang mengambil sikap ini berpendapat bahwa perayaan ulang tahun adalah hal yang bersifat dunia dan tidak memiliki kaitan langsung dengan agama. Oleh karena itu, mereka memilih untuk tidak terlibat dalam perayaan tersebut. Dalam menghadapi budaya pesta pora dalam perayaan ulang tahun, gereja perlu mengambil sikap yang bijaksana. Sikap gereja terhadap budaya tersebut haruslah sejalan dengan ajaran agama dan moral yang mereka anut. Gereja harus tetap melayani anggotanya dalam ibadah syukur, namun tetap menolak segala bentuk pesta pora yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.